Selasa, 15 Maret 2011

CERBER TEENLIT : CHERRY & LOUDY (BAB X)

BAB X

KADO UNTUK LOUDY
 (Picture by Cakka Nuraga- Red)


Loudy berdiri lalu mengangkat kepalanya. Tampak Adryn sedang berdiri di hadapannya sambil melipat kedua tangannya. Loudy pun terbelalak memandang Adryn yang berdiri dibalik jendela kamarnya.

“Darimana kamu?!”. Tanya Adryn galak.

Loudy tersentak kaget, dengan gelagapan Loudy pun mencari alasan. Sambil tersipu malu Loudy menjawab.

“Ngg….anu kak, ngg…. aku dari rumahnya..Tante Maya!” Jawabnya sambil tersenyum lebar.

“ Abis ngapain?” Tanya Adryn lagi seakan puas telah memergoki Loudy keluar dari rumah tanpa ijin.

Loudy yang terlihat bingung pun langsung menjawab.

“ Ngg…itu kak…abis ngembaliin baju renangnya Ashley!” Jawab Loudy salah tingkah.

Adryn pun melongo mendengar jawaban Loudy.

“Kamu pinjam baju renang Ashley?”. Tanya Adryn setengah tertawa.

Loudy yang sejak memberikan jawaban pertama tersenyum lebar pun langsung tersentak kaget, Loudy baru sadar telah memberi jawaban yang sangat salah saat melihat Kakak tirinya itu tertawa geli mendengar jawaban dari dirinya. Adryn masih terus cengengesan sambil memandang Loudy.

“Bukan aku yang pinjam, tapi temanku, dia minta tolong aku mengembalikan baju renang itu  sama Ashley, soalnya tadi Ashley gak masuk sekolah!.” Jawab Loudy berbohong dengan raut wajah merengut.


“Besok kan bisa, jadi kamu gak usah keluar rumah malam-malam begini.” Protes Adryn.

Loudy hanya menunduk sambil mengembungkan kedua pipinya.

“Bawel banget sih!”. Keluh Loudy di dalam hati .

Kemudian Adryn menyuruhnya masuk kembali ke kamar dan mengunci jendela kamar Loudy.

“ Kalau sekali lagi aku lihat kamu keluar rumah malam-malam, aku laporin sama ayah, ngerti?!” Ujar Adryn mengancam.
“Kamu tahu kan Loudy, kalau Mamaku dan Ayahmu mengetahui kamu nakal seperti ini, pasti hukuman yang akan diberikan mereka pun akan sangat membuatmu tersiksa…………”. Perkataan Adryn seakan tenggelam karena Loudy memilih berlalu dari hadapan Adryn.
 
Loudy duduk di tempat tidurnya tidak begitu menghiraukan kalimat Adryn,dia hanya memandang Adryn dengan tatapan malas dan merebahkan tubuhnya lalu menarik selimut spiderman-nya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Adryn yang merasa jengkel karena Loudy seakan tidak memperdulikan kata-katanya pun jengah dan berlalu meninggalkan Loudy sendiri dikamarnya.

“Aku harus mencari kemana lagi modem internet itu?”. Gumam Loudy dibalik selimutnya. Akhirnya Loudy pun terlelap tidur .

-----------------------------
Akhirnya Cherry dan Aldy sampai juga di tempat kost yang Aldy maksud. Cherry sempat terkejut dengan penampilan rumah kost yang terbilang cukup luas. Sebuah bangunan dengan desain minimalis berlantai empat, dengan deretan balkon yang rapih, halaman rumah yang asri, parkir area untuk mobil dan sepeda motor yang cukup luas. Cherry terkagum dan bertanya dalam hati. “ Berapa biaya sewa untuk satu kamar di tempat sebagus ini?.

Lamunan Cherry pun buyar setelah Aldy menepuk bahunya.
“Ayo masuk, kita temui pemilik kost nya.” Ajak Aldy sambil menarik tangan Cherry.

Cherry yang masih terkagum-kagum memandang tempat kost itu hanya berjalan dengan pandangan menelusuri setiap sudut tampat itu.

Akhirnya mereka bertemu dengan wanita paruh baya yang terlihat masih cantik.
“Nah ini Bu yang mau nge-kost disini, namanya Cherry.” Ujar Aldy memperkenalkan Cherry.

“Saya Imelda, pemilik dan pengurus tempat kost ini.” Ucap wanita itu sambil mengulurkan tangan. Cherry pun menjabat tangan Ibu Imelda.


“Mari  saya tunjukkan kamar kamu”. Ajak  Ibu Imel sambil berjalan menelurusi koridor dan mereka pun mengikuti dari belakang.

Kamar yang ditunjukkan Ibu Imelda berada di lantai tiga. Tepat di depan pintu kamar bernomor 24, Ibu Imelda membuka pintunya dan mempersiahkan mereka untuk masuk.

Saat memasuki kamar, Cherry terbelalak dan menarik tshirt putih Aldy dari belakang. Hingga Aldy yang sedang berjalan pun tertarik mundur beberapa langkah.

“Aduh, apaan sih Cherr?!” Keluh Aldy sambil menoleh.

“Gila Al! ini sih gede banget, mana cukup uang gaji aku untuk membayar sewa kamar sebesar ini?!” Pekik Cherry kaget.


“Ini untuk sementara Cherr, lagian juga sudah ditanggung Kak Axel, jadi kamu gak usah bayar apapun lagi.” Jawab Aldy sambil meronta melepaskan bajunya dari gengaman Cherry, lalu Cherry pun melepaskannya.

Kamar kost itu cukup luas untuk ditempati satu orang. Sejak masuk ruangan, tampak sebuah lemari besar yang berdiri gagah disudut ruangan. Sebuah kamar mandi dengan sebuah bathtub berwarna cream, senada dengan lantai dan closetnya.
Tempat tidur minimalis dengan sprai dan bedcover berwarna biru muda dengan anggunnya menempati kamar itu, meja rias yang tidak terlalu besar pun berdiri dengan cantik disamping tempat tidur. Gorden berwarna senada dengan sprai dan bedcover pun terpasang rapih melindungi ruangan itu.

Ibu Imelda tampak menunjukkan fasilitas-fasilitas yang berada di kamar itu. Cherry membuka pintu balkon. Saat pintu terbuka, terlihat pemandangan yang luar biasa, hamparan kerlap kerlip lampu kota seakan terlihat bagai kerlip bintang di langit, angin yang berhembus pun berkali-kali menerpa lembut wajah Cherry.
“Indah sekali disini.” Puji Cherry dalam hati.

Ibu Imelda menghampiri Cherry.
‘ Saya tinggal dulu ya, silahkan berkeliling. Saya sudah titipkan kuncinya pada Nak Aldy.” Ucapnya seraya pamit dan berlalu kelua dari kamar baru Cherry.

Aldy berdiri disamping Cherry. Sambil sesekali menoleh dan kemudian memandang lurus kedepan.

“ Indah ya disini, semoga kamu kerasan tinggal di kamar ini.” Ucap Aldy tanpa melepaskan pandangannya dari kerlap kerlip lampu malam yang terhampar luas di hadapannya.

Cherry hanya terdiam.
“Setelah dari sini, aku antar kamu kembali ke rumah Aurel. Supaya kamu bisa pamit dan membawa semua barang- barang kamu malam ini, aku bantu.” Kata Aldy meneruskan kalimatnya.

Namun Cherry tampak terkejut dengan usul yang Aldy sampaikan.

“Eh jangan, aku pulang sendiri saja, atau kamu antar aku sampai pertigaan jalan, biar aku pulang ke rumah Aurel sendiri.” Jawab Cherry mengusulkan.

“Loh kenapa?” Tanya Aldy heran.

Cherry hanya tertunduk mendengar pertanyaan Aldy.


“Aku gak enak sama Aurel.” Jawab Cherry pendek.

Aldy langsung membuang muka dan berjalan menjauh dari tempat Cherry berdiri.

“Iya iyaa… kalau itu buat kamu lebih tenang, aku tunggu kamu di pertigaan jalan.” Jawab Aldy sambil berlalu memasuki kamar Cherry lagi.

Cherry hanya menoleh Aldy sesaat lalu kembali memandang langit gelap bertabur bintang.

Setelah melihat kamar kost, Aldy dan Cherry pun bergegas menuju rumah Aurel. Sesampainya dipertigaan, suasana jalan tampak lengang. Cherry turun dari sepeda motor ALdy dan menoleh sejenak kearah Aldy.

“Aku bisa melakukannya sendiri”. Tutur Cherry dan kemudian berlalu dari hadapan ALdy.

ALdy hanya terdiam ditempatnya, mencoba mempercayai Cherry, dan yakin Cherry bisa menyelesaikan semuanya sendiri.

Sesampainya di pintu depan. Tampak Aurel sedang menonton televisi, suaranya terdengar gaduh, seakan volume televisi itu dinyalakan dengan full.
Cherry memberanikan diri memasuki rumah AUrel. Dengan wajah ragu, Cherry mengetuk pintu rumah yang terbuka lebar. Namun setelah empat kali mengetuk, AUrel tampak tak mendengar ketukan Cherry. Akhirnya Cherry pun memanggil Aurel dengan suara agak kencang agar suaranya tidak tenggelam oleh suara televisi.

“Aurel!” panggil Cherry agak kencang.

Aurel pun menoleh, namun matanya seakan terkejut melihat kedatangan Cherry. Saat itu juga, aurel langsung mematikan TV dan bergegas menuju kamarnya.

Cherry yang menyadari Aurel masih marah padanya pun langsung mengejarnya, dan mencoba mengetuk pintu kamar Aurel. Namun ternyata pintu kamar Aurel tidak dikunci, sehingga Cherry bisa membukanya dengan mudah.

Aurel tampak berdiri di depan jendela membelakangi Cherry  sambil melipat kedua tangannya.

“Rel, ini semua hanya salah paham, aku gak punya hubungan apapun dengan Aldy, kamu bisa membedakan kan? Mana yang hanya candaan dan mana yang memang sebenarnya terjadi.” Keluh Cherry mulai kesal dengan tingkah Aurel.

Aurel hanya ngeloyor sambil mengangkat kedua tangannya seakan tak peduli dengan penjelasan Cherry, seraya berjalan menuju tempat Cherry berdiri. Tanpa memperdulikan Cherry yang sedang berusaha meluruskan masalah, dan kemudian mendorong tubuh keluar dari kamarnya sampai Cherry jatuh tersungkur tepat didepan pintu kamar Aurel. Kemudian, tanpa menoleh sahabatnya yang terjatuh kesakitan, Aurel membanting dan menutup rapat pintu kamarnya.

Cherry pun bangkit dan mengetuk-ngetuk pintu kamar Aurel, namun Aurel tampak enggan membukakan pintu kamarnya untuk Cherry.

“Rel, aku harus gimana lagi? Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Ujar Cherry yang terus berdiri di depan pintu kamar Aurel.

“Rel, kamu marah dan mendiamkan aku hanya karena hal ini? Selama ini kamu teman terbaik aku , tapi hanya karena kesalah pahaman ini kamu gak mau mendengarkan penjelasan aku Rel?” Aku mohon buka pintunya  Aurel. Ujar Cherry memohon.

Namun dari dalam kamar tetap tidak ada respon dari Aurel.
Cherry yang menyadari usahanya sia-sia bergegas masuk ke kamarnya dan membereskan semua barang-barangnya. Kemudian Cherry duduk di tepi tempat tidur dan membuka dompetnya, mengeluarkan beberapa lembar uang dan Cherry masukkan ke dalam amplop putih dengan selembar kertas berisi surat pendek.

Dear Aurel,
Aku pamit, terima kasih atas bantuanmu selama ini. Aku minta maaf sudah membuatmu kecewa. Tapi seperti yang sudah aku jelaskan, semua ini hanya kesalah pahaman saja. Aku minta maaf….

Ini ada sedikit uang yang aku sisihkan dari gaji ku, anggap saja selama satu bulan terakhir aku menyewa kamar di rumah ini. Semoga berguna untukmu.

Maafkan aku Aurel…


Cherry keluar dari kamarnya dengan tas besar berisikan pakaian dan barang-barang Cherry kemudian berjalan menghampiri pintu kamar Aurel dan kemudian mengetuknya kembali.

“ Aurel…….aku pamit.” Ucap Cherry lirih seraya menyelipkan sebuah amplop di celah pintu kamar Aurel.

Cherry kemudian berjalan meninggalkan kamar Aurel. Baru beberapa langkah Cherry berjalan, tiba-tiba pintu kamar Aurel terbuka, Aurel tampak berdiri di depan pintu kamarnya tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, matanya sembab, dress hijau mudanya tampak basah terkena air mata, Aurel memandang kearah Cherry dengan bibir terkatup rapat dan air mata yang terus mengalir di pipinya.

Cherry menoleh sesaat dan terdiam, mereka berhadapan namun tak ada percakapan yang terjadi.
“aku mohon Aurel, semua ini hanya salah paham, Aldy gak pernah suka sama aku, dia cuma bercanda, aku mohon kamu jangan marah lagi sama aku hanya karena kesalah pahaman ini”. Ungkap Cherry lirih. Tak terasa air mata Cherry pun mengalir.

Tiba-tiba Aurel membuka suara sambil memandang tajam kearah Cherry.
“Kalau kamu masih menganggap aku teman baikmu, jauhi Aldy!” Ungkap Aurel seraya kembali masuk ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya cukup keras hingga Cherry tersentak kaget dibuatnya.

Cherry terkejut melihat sikap Aurel,kemudian terdiam mendengar pernyataan Aurel yang sangat diluar dugaan, pikirannya mendadak kosong, entah apa yang harus dilakukannya saat itu, hatinya hancur melihat teman terbaiknya seakan enggan memaafkannya hanya karena sebuah kesalah pahaman yang berujung fatal.

Cherry membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar. Sempat terdengar pekikan tangis Aurel dari dalam kamarnya. Namun Cherry tak menghentikan langkahnya dan meninggalkan rumah Aurel yang telah menjadi tempat tinggalnya selama satu bulan terakhir.


Cherry berjalan gontai, air matanya mengalir tanpa henti, seakan tidak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi, dia tak menyangka Aurel benar-benar menyangka dirinya memiliki hubungan dengan Aldy.
Angin malam itu membuat tubuh Cherry sedikit menggigil, Cherry berjalan dengan tatapan kosong sambil merapatkan jaket merahnya, tangan kirinya membawa tas kanvas berwarna cokelat yang berisikan semua barang-barang yang Cherry bawa saat dia pergi dari rumahnya.

“Mengapa hal ini terjadi padaku? Mengapa cobaan bertubi-tubi menghampiriku? AKu sudah kehilangan Loudy, dan saat ini Aku pun kehilangan teman terbaikku. Tuhan, tabahkanlah hatiku, aku tak tahu harus berbuat apa lagi, semoga ada jalan keluar terbaik dariMu untukku”. Gumamnya Cherry menyesali semua hal yang terjadi padanya.

Dari jarak beberapa meter, Aldy terduduk diatas batu besar ditepi jalan, tampak Aldy telah menggunakan topi putih dan sweater belang hitam putihnya, udara malam itu memang terasa sangat dingin.

“Cherr, kamu gak apa-apa?” Tanya Aldy menghampiri Cherry dan terlihat khawatir melihat raut wajah Cherry.

Cherry yang tersadar dari lamunannya langsung menghentikan langkahnya, terdiam  dan terpaku memandang Aldy. Tanpa sepatah katapun yang sanggup Cherry ucapkan.

Tanpa pikir panjang Aldy menghampiri Cherry dan meraih tas dari tangan Cherry, Namun Cherry menggenggam erat tali tas nya.

“Aku bisa bawa sendiri.” Ucap Cherry tegas.

Aldy terheran melihat sikap Cherry dan mengurungkan niatnya untuk membawakan tas Cherry, mereka pun berjalan berdampingan menuju tempat sepeda motor Aldy diparkir dengan diam seribu bahasa. Aldy pun terlihat segan bertanya lebih banyak lagi karena Cherry tampak tidak ingin diganggu.

Ditengah perjalanan menuju tempat kost, Cherry meminta ALdy untuk membelokkan sepeda motornya ke jalan Jasmine, Cherry meminta Aldy mengantarkannya ke rumahnya.

“Aku mau menjenguk Loudy sebentar”. Ucapnya pendek.

Akhirnya mereka pun sampai, lampu taman tetap berdiri menyinari tanaman yang Cherry tanam semasa dia masih tinggal di rumah itu, tampak jendela kamar Loudy  yang tepat berada di depan taman rumah itu. Gorden biru nya terbuka.

“Mungkin Loudy lupa menutup Gordennya, pasti dia tertidur tanpa sempat menutup gordennya.” Ucap Cherry termenung.

“Tapi kalau Adryn melihat kamu gimana Cherr? AKu yakin Loudy baik-baik saja, Aku antar kamu ya”. Ucap Aldy khawatir.

Cherry menoleh dan memandang Aldy.

“ Hari ini Loudy ulang tahun yang ke 12 tahun, dan aku tak mungkin mengucapkan selamat secara langsung, aku hanya ingin memberikan ini.” Tutur Cherry sambil mengeluarkan sebuah kado kecil berpita biru dari saku nya.


Aldy terdiam dan membiarkan Cherry berjalan menuju jendela kamar Loudy.

Cherry membungkukkan badan, ia mengatur langkahnya agar tak bersuara. Tak lama kemudian, Cherry sudah menghampiri jendela kamar Loudy. Tampak Loudy sedang tertidur pulas, selimut spiderman nya menjuntai kelantai.

“Ternyata dia benar-benar lupa menutup gordennya.” Gumam Cherry dari balik jendela.

Cherry meletakkan kado berpita biru itu di sudut jendela kamar Loudy, agar saat adiknya membuka jendelanya, dia bisa melihat kotak kado tersebut.

“Adryn tak mungkin menyadari sudut jendela ini, karena hanya aku dan Loudy yang tahu keberadaan sudut jendela yang terhalang oleh sebilah kayu kusen jendela ini.” Ungkap Cherry tersenyum.

Cherry kemudian bergegas meninggalkan rumahnya dan meminta Aldy segera menjalankan sepeda motornya.

Tiba-tiba Loudy terjaga dari tidurnya, dan bangun dari tempat tidurnya.

“Suara sepeda motor siapa itu?” Gumam Loudy sambil menggosok-gosok mata dan menghampiri jendela kamarnya.

Sempat tertangkap oleh pandangan Loudy lampu belakang motor ALdy yang hanya sekejap lalu hilang dari pandangan. Loudy tidak terlalu memperdulikannya, dan menyadari bahwa gordeng jendela kamarnya belum ditutup.

Sebelum menutup gordennya, Loudy kemudian memastikan jendela kamarnya terkunci. Saat tangannya menyentuh selot kunci jendela, Loudy memandang sebuah benda berukuran kotak sabun berwarna putih berpita biru tersimpan rapih di sudut jendelanya.

Dengan tergesa Loudy membuka sedikit jendelanya dan meraih kotak tersebut, lalu dengan segera Loudy mengunci jendela dan menutup gorden kamarnya sambil bergegas berlari menuju tempat tidurnya.

“ Apa ini?”. Tanya nya kebingungan sambil membolak balik kotak kado yang ada ditangannya.

Loudy kemudian menoleh ke dinding dan memandang kalender spiderman yang ada di samping lemari pakaian.

“Hah? Sekarang tanggal 20 maret? Ya ampun, hari ini aku ulang tahun!” Pekiknya sambil memukul kepalanya sendiri dengan tangan kirinya.

“Tapi ini kado dari siapa ya? Kalau dari Ashley, pasti dia kasih ke aku nya besok, bukan malam-malam begini, kalau Kak Adryn?” Loudy menggumam sambil tertawa geli memikirkan Adryn yang tak mungkin mengingat hari ulang tahunnya.


Dengan hati-hati Loudy membuka kado berpita bitu yang digenggam di tangannya, ketika kotaknya terbuka. Loudy terkejut melihat isinya.

“Hah?! Modem internet?! Bagaimana dia bisa tahu aku sedang membutuhkan ini?! Tanya nya pada diri sendiri sambil terus membuka bungkus kado yang belum terbuka seluruhnya.

Akhirnya Loudy menemukan sepucuk surat pendek yang ditulis tangan dengan tinta kuning.


Dear Loudy,
I can see you if you're not with me
I can say to my self if you're OKAY
I can feel you if you're not with me
I can reach you my self, you show me the way

Happy birthday Tampan, doa Kakak menyertaimu, kakak yakin modem ini pasti berguna untuk Loudy.

Love
Cherry.


(Sebagian kalimat diambil dari lirik lagu Not With Me, by Bondan and Fade2black. Red)

Loudy terdiam, terpaku dengan modem internet ditangannya.

“Aku tahu yang berada di sepeda motor itu pasti kakak.” Ungkapnya sambil tersenyum.

Tiba-tiba pintu kamar Loudy terbuka, tampak Adryn dengan tergesa memasuki kamar Loudy dan kemudian memandang tajam adik tirinya itu.

“Lagi apa kamu jam s egini belum tidur?” Tanya Adryn dengan nada agak tinggi.

Loudy terkejut, matanya terbelalak dan tidak menjawab apapun, modem internet di tangannya di genggam erat dibalik selimut spidermannya.

“Apa itu?!” Tanya Adryn dengan nada tambah tinggi.

Loudy tetap terpaku .

Bersambung
(Baca juga cerita sebelumnya ya kawan ^_^ )





Tidak ada komentar:

Posting Komentar