Kamis, 30 Desember 2010

Trik Meredam Api Cemburu


http://id.news.yahoo.com/viva/20101230/tls-trik-meredam-api-cemburu-34dae5e.html
 






Sering merasa cemburu dan curiga, karena tidak percaya pada pasangan? Jika hari-hari diliputi perasaan cemas atau takut akan kehilangan si dia tanpa alasan jelas, hati-hati kondisi ini bisa membuat si dia menjauh.
Bila Anda sering merasa cemburu, ini merupakan tanda Anda mengalami paranoia. Anda cenderung tidak rasional lagi. Tapi, jangan khawatir, Anda pasti mampu keluar dari masalah itu. Ikuti tips berikut ini untuk membantu menghentikan paranoia terhadap hubungan Anda, dikutip dari She Knows.


 
- Jujurlah tentang perasaan Anda


Daripada tersiksa sendirian karena memendam cemburu setiap hari, mengapa Anda tidak mencoba untuk membicarakan perasaan Anda dengan pasangan? Bukankah kejujuran kunci untuk mencapai hubungan yang sehat.
Biarkan pasangan tahu bila Anda ingin setia dan percaya sepenuhnya kepadanya. Dia mungkin sanggup membuat pikiran Anda tenang kembali jika dia tahu Anda ingin menghapus cemburu yang Anda rasakan.


 
- Cari tahu alasan cemburu


Tanyakan kepada diri sendiri mengapa Anda begitu cemburu dan takut kehilangan si dia. Apakah Anda punya pengalaman masa lalu yang buruk? Jika demikian, jangan biarkan masalah yang terjadi di masa lalu merusak kebahagiaan di masa sekarang.
Beritahu pasangan mengapa Anda punya masalah cemburu. Komunikasi yang baik akan membantu menangani masalah yang terjadi saat ini.


 
- Cobalah untuk santai

 
Hapus perasaan cemburu dengan melenyapkan kalimat-kalimat negatif yang memenuhi kepala. Anda harus mencoba untuk santai. Ini akan membantu Anda memulihkan perasaan dan pikiran. Percayalah, pasangan Anda tidak akan lari.
Percayalah, Anda sanggup mengendalikan kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan, kemudian mampu mengembangkan rasionalitas Anda. Bila ini sudah Anda capai, pasti hubungan di masa depan akan menyenangkan.

Lifehouse ~ You and Me


 



"You And Me"

What day is it? And in what month?
This clock never seemed so alive
I can't keep up and I can't back down
I've been losing so much time

'Cause it's you and me and all of the people with nothing to do
Nothing to lose
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you

One of the things that I want to say just aren't coming out right
I'm tripping on words
You've got my head spinning
I don't know where to go from here

'Cause it's you and me and all of the people with nothing to do
Nothing to prove
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you

There's something about you now
I can't quite figure out
Everything she does is beautiful
Everything she does is right

'Cause it's you and me and all of the people with nothing to do
Nothing to lose
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you
and me and all other people with nothing to do
Nothing to prove
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you

What day is it?
And in what month?
This clock never seemed so alive 






ESSPECIALLY 4 U

Selasa, 28 Desember 2010

dear My Stars.....Sparkle in the sky, Irest Akhirnya curhat di Blog :(








Dear.......

Aku memandang kalimat kebencian itu, aku memandang reaksinya saat aku jujur mengenai isi sms itu. Sebuah sms yang mungkin kalimatnya sederhana, namun fatal untuk hati dan hubunganku.

Kadang irest pikir, Life is so unfair. and than I think about...God is Fair.

Kenapa semua ini bisa terjadi begitu cepat, padahal irest ga menduganya sama skali, hanya sebuah unek2 di dalam hati tanpa sanggup menjelaskannya dan terangkum dalam dua buah sms dengan kalimat yang beraturan tanpa kalimat kasar ataupun nada mengancam, namun apa yang irest dapat? Kecaman dari dua belah pihak tanpa mereka mau mengerti isi hati irest, tanpa mereka mau mengerti kenapa kata-kata itu bisa terangkai .

They never wanna know [-X and They never wanna care about that, mungkin yang mereka pikirkan adalah, IREST TELAH MENGHANCURKAN SEMUANYA. MEMUTUSKAN SEBUAH TALI YANG TELAH TERSAMBUNG BERTAHUN-TAHUN.

Seolah-olah semua kalimat irest adalah sebuah perbuatan pembunuhan, atau sebuah perampokan, atau mungkin sebuah kasus mutilasi yang tidak dapat mereka maafkan. Seandainya mereka mengerti.

Irest mencoba memahami mereka, mencoba menahan emosi, mencoba ikhlas menghadapi semua tudingan, pikiran negative, karena mungkin irest memang salah. Irest benar-benar melupakan apa yang ada dihati irest tentang penyebab isi sms itu, hanya sebuah perasaan bersalah yang membengkak di hati dan pikiran irest.

Dia....seandainya dia tau...sulitnya menjalani semuanya, sulitnya membangun sebuah hubungan sehat dengan 90% kepercayaan dan 100% komunikasi yang dibuat sebaik mungkin, tapi apa yang aku dapatkan? kecaman bertubi-tubi tanpa dia tau isi hatiku saat itu, tanpa dia tau tangisan hatiku saat dia bilang dia sakit karena semua hal ini. Dia tidak berfikir sakitnya aku mendengar semua itu, namun aku tahan, sampai aku berjanji akan membantu dan menyelesaikan semuanya agar tali yang menurut dia aku putuskan itu kembali terpaut simpulnya, kembali tersambung ikatannya.

Walaupun konsekuensinya berat, aku tak mungkin menghubungi orang yang paling aku cintai karena dia yang meminta hal itu, namun aku akan berusaha agar tali yang kucoba sambungkan itu tidak akan terputus lagi.

Lalu bagaimana dengan irest?. Wallahu a'lam bishowab... Allah mngutamakan orang-orang yang sabar, Allah mengutamakan orang-orng yang mau meminta maaf dan mau memaafkan. Hanya itu pikiranku saat ini, mengingat hal itu membuatku tak segan meminta maaf jika memang mereka pikir aku salah.

Baru saja minggu lalu bertemu dengannya, sore kemarin semuanya berubah total, dia seakan tidak ingin mengenalku juga setelah orang terkasihnya mengatakan tidak ingin mengenalnya hanya karena 2 sms yang aku kirim padanya. 

Masya Allah, wanita mana yang tidak akan rapuh menghadapi hal seperti ini? disatu sisi aku harus berusaha membuat tali itu tersambung dengan rapih kembali tanpa ada pengertian dari dua tali yang terputus itu untuk memahami usahaku. Disisi lain, aku harus menjaga perasaanku, melupakan sekejap mimpiku dimasa depan, karena mungkin saat ini sudah tak mungkin aku raih, dan berusaha semampuku untuk menyelesaikan semuanya.

Ya Robb....tabahkanlah hatiku, tenangkanlah hati dan pikiran mereka. Sungguh luka hati ini, namun aku mohon....jangan biarkan luka dihatiku terasa sakit, jangan biarkan hatiku mendendam. 

Aku yakin, Allah pasti selalu memberi cobaan sepaket dengan penyelesaiannya, semoga paket penyelesaian itu bisa ku terima tanpa penantian yang panjang. Bagaimanapun penyelesaian itu, aku harus terima dengan Ikhlas.


amin.....



To :  My lovely sista (sista' yang merasa irest penuhi chatbox nya dengan icon tangisan yang luar biasa banyak)

Thx....u make me strong, u make find the way. and i refuse to give up, never. God always beside me. Thx 4 ur support....when my tears are flow, u never said, that i'm a weak women.....



Senin, 27 Desember 2010

Kejadian di Bus MGI semalam



Sore kemaren dianter sama sama my aki ke terminal, sampe di terminal hujan rintik-rintik.…celingak-celinguk, berharap Bus yang lagi ngetem itu warna biru bertuliskan MGI, entah kenapa nyaman kalau naik bis itu.Akhirnya pamitan sama my aki.

Pas masuk Bus, udah banyak penumpang yang nempatin tempat duduk didepan, padahal gue pengen duduk di bangku deretan depan, biar ga ngerasa sendirian. Eh apa mau dikata? Akhirnya dapet bangku di tengah, kebetulan bangkunya kosong, gue duduk sendiri deh di pojok.

Jam 16.20 Bus mulai jalan, gak taunya…dari pas masuk tol koja, sampe keluar tol padalarang, matot! Alias Macet total! Yang biasanya perjalanan ditempuh paling juga 30 menit atau bahkan kurang, ini sampe 1,5 jam! Parah!.

ACnya dingin banget, padahal di atas bangku gue, udah dimatiin, tapi tetep aja dingin, langit diluar makin gelap, gak tau kenapa….perasaan gue ga enak, apa mungkin karena gue duduk sendiri. Sampe akhirnya gue ketiduran, sambil megang keripik Qitela yang dibeliin my aki.

Tiba-tiba, entah darimana asalnya, ada seorang cewek duduk disebelah gue, dari semenjak cewek itu duduk tanpa ijin disamping gue, bulu kuduk gue merinding terus, sampe akhirnya gue pindah posisi menghadap ke jendela, abis tu cewek serem banget.

Duduknya nunduk terus, tegak pula, kulitnya putih pucat, dia pake kemeja putih. Sama rok item, kaya pegawai kontrakan getoh. Sambil gue liatin tu cewek dari kaca jendela bus yang ada didepan gue,abisnya penasaran! Haha. Gue angkat kaki gue ke jok bus, coz tiba-tiba dingin banget.

Untuk mengusir perasaan takut bercampur ngeri, akhirnya gue SMS-an sama My aki dan My sista. Beberapa kali gue beraniin buat nengok, tapi tu cewek nunduk terus, ga bergerak sama sekali, wajahnya kehalagan rambut dia yang panjangnya kira-kira sepinggang.

Pas ditengah perjalanan, tepatnya di tol cipularang , tiba-tiba ada bau aneh yang kayaknya agak mustahil tercium di dalam sebuah Bus, kecuali ada yang pake parfum berbau aneh itu. Tapi kenapa baru sekarang keciumnya, setelah perjalanan dari leuwipanjang udah sekitar 1 jam. Makin lama-makin gak tahan gue sama bau kapur barus alias kamper. Haduh, sampe susah nafas.

Gue muter otak, pengen banget pindah tempat duduk, gak apa-apa deh duduk disamping pak supir yang sedang bekerja juga (lagu anak-anak kale ah! Ahaha!). Tapi gue gak tau gimana caranya, mau permisi numpang lewat, takutnya pas gue lewatin tu cewek ……hiii….ga tau akh serem mikirinnya juga.

Gak lama kemudian, ada kondektur yang ke belakang ngecek penumpang, akhirnya gue lambaikan tangan kearah kondektur itu. Kondektur itu nymaperin gue.

“Kenapa neng?” Tanya pak kondektur.
“Pak, mau kedepan dulu boleh ga?” Tanya gue agak gemeteran dengan mata lirik-lirikan sama si Bapak Kondektur, biar si Pak kondektur ngerti lirikan gue yang mengarah ke kepala cewek serem itu.

Pak kondektur kayaknya ngerti apa yang ada di pikiran gue, akhirnya gue berdiri dari bangku gue semula, bawa tas dan minuman yang gue pegang, terus gue pegang tangan si Pak kondektur, Pak kondektur juga kayak agak segan ijin sama cewek yang duduk disamping gue.

“Permisi sebentar ya mbak, si neng mau lewat dulu.” Kata si Pak kondektur ramah sambil mukanya juga agak tegang.
Akhirnya cewek itu menggeser badannya tepat didepan pak kondektur dan ngasih gue jalan, sebisa mungkin gue ngelewatin cewek itu tanpa mnyentuh dia biarpun badan gue gede.
“Makasih ya Mbak”. Ucap pak kondektur tanpa dijawab sama cewek itu, sambil buru-buru jalan kedepan ngikutin gue dari belakang.

Pak supir di depan kliatan agak kaget liat gue tiba-tiba duduk disamping dia.
“Kenapa neng?” Tanya Pak supir agak bingung.
“Gak apa-apa pak, serem!” Jawab gue pendek.
Pak kondektur yang duduk di deket pintu juga diam seribu bahasa seakan dia ketakutan.
Pak Supir sempet nengok terus langsung mandang kearah bangku gue semula lewat kaca spion tanpa berkomentar apapun.

Tiba-tiba, terdengar suara cewek ketawa cekikikan dari arah bangku yang gue tempatin tadi, kontan semua penumpang nengok keakutan, ada juga yang penasaran. Pas ada penumpang yang mencari sumber suara itu, ternyata dari bangku tempat gue duduk tadi, tapi..cewek itu gak ada! hilang entah kemana?.

Dalam keadaan genting kaya gitu, tiba-tiba cowok yang duduk dibelakang gue menjerit memekakan telinga, di teriak.....…

“GOOOOOOOOOOLLLLLLL”……………….

Bugh!! Gue bangun dengan kepala kejedot pas di jidat.
“Eugh sakit! Sialan ternyata semuanya cuma mimpiiiiiiiiiiiiiii!!!!!!!!!
Gue baru sadar, ternyata gue ketiduran selama perjalanan di tol padalarang yang macet! hehe. Cowok itu menjerit karena lagi nonton bola di TV yang dipasang di depan saat Gonzales masukin si kulit bundar ke gawang Malaysia tapi sayangnya golnya dianggap Offside. Yaaaaah..tambah kecewa deh gue.

Tapi gue bersyukur, ternyata itu Cuma mimpi, Alhamdulilah. 
Nyampe ke rumah dengan selamat, selama perjalanan dari terminal ke rumah ga kberenti-berentinya gue merinding, inget mimpi gue di Bus………….





aaaaaaaahahaha, maaf …Cuma mimpi!!! wkwkwkwkw


Rabu, 22 Desember 2010

CERBER TEENLIT : CHERRY &LOUDY (BAB VIII)

BAB 8
TEMPAT PENYIMPANAN





Cherry masih menyelidik ke arah anak itu berlari, matanya menyipit sambil tetap menggenggam ranting pohon yang dia gunakan untuk menarik bola tadi.
    
Tiba-tiba anak itu menarik-narik rok Cherry dari belakang, tanpa Cherry sadari kedatangannya. Anak cantik itu menunjuk sorang pria yang berdiri dibelakangnya. Cherry melirik kearah dimana tangan anak itu menunjuk.

Kemudian Cherry memandang dengan setengah terbelalak melihat sosok pria yang pernah Cherry lihat sebelumnya. Pria yang pernah Cherry juluki dengan sebutan “Papa tampan” berdiri sambil menuntun anak kecil cantik itu. 
“Ini Mandy?” Tanya Cherry agak terheran, karena terakhir dia melihat Mandy masih sangat kecil.
“Owh, bukan..bukan, ini Manda! Kakaknya Mandy”. Jawab si Papa tampan sambil tersenyum manis.
“Owh maaf, saya pikir Mandy”. Jawab Cherry tersenyum lebar.
   
Kemudian Papa tampan mengulurkan tangannya seraya menjabat tangan Cherry.  Cherry melongo seketika dan kemudian membalas jabatan tangan si Papa Tampan.
“Saya Ezza, dan ini anak pertama saya, Amanda.” Ucap nya memperkenalkan diri.
“Saya Cherry.” Jawab Cherry pendek.
“Jadi putri anda ada dua?” Tanya Cherry agak bingung.
 “ Iya, Manda usianya 4 tahun, dan Mandy 2,5 tahun” Jawab Ezza sambil duduk dibangku taman.
“ Mamanya dimana? Ko dua kali saya bertemu, anda sendirian terus?” Tanya Cherry sambil duduk berhadapan di tembok yang mengelilingi kolam.

Mendengar pertanyaan Cherry, Ezza terdiam dengan kedua siku tangannya menopang pada lutut sambil memandang Manda yang  sedang asyik mengejar-ngejar bola hijau mudanya yang dia tendang sendiri, topi bundar berwarna putih dengan aksen bunga mawar merahnya berkali-kali terjatuh saat dia berlari, dan dengan sigapnya Manda mengambil topi dan kemudian memakainya kembali di kepalanya tanpa arah yang tepat.

“Isteri saya …..” Kalimat Ezza terputus.
“Mertua saya membawa dia pergi ke Kanada.” Jawabnya pendek dengan terus memandang kearah Manda.
Cherry terbelalak, ingin rasanya bertanya, namun Cherry merasa tidak berhak untuk bertanya lebih jauh lagi.
“Pernikahan kami tidak disetujui oleh Mertua saya”. Lanjut Ezza meneruskan ceritanya tanpa Cherry bertanya lebih lanjut.
“Mertua saya bilang, saya belum mapan, karena belum memiliki tempat tinggal sendiri. Padahal, setahun setelah Manda lahir, saya sudah sanggup membeli rumah dari hasil keringat saya sendiri untuk keluarga kecil kami.” Jawabnya dengan tatapan menerawang.
“Tapi mertua anda tetap membawa isteri anda ke Kanada?” Tanya Cherry hati-hati.
“Iya, mereka membawa isteri saya secara paksa, tanpa ada perceraian. Mereka menganggap, saya tidak akan pernah bisa membahagiakan anak semata wayangnya. Manda dan Mandy pun mereka tinggal, mereka takut Manda dan Mandy akan mengganggu karier ibunya di Kanada.” Ujarnya menjelaskan.
“Isteri anda kerja di Kanada?” Tanya Cherry semakin penasaran.
“Iya, dia seorang psikolog, bisa kamu bayangkan. Dengan masalah hidupnya yang begitu rumit, dia masih harus membantu orang untuk berbagi dan bahkan mencarikan solusi. Tetapi, kesabaran dia yang membuat saya bertahan.” Jawab Ezza tersenyum tenang sambil memandang Cherry yang terlihat termenung mendengar setiap penjelasan Ezza.
“Tapi kami masih berkomunikasi tanpa sepengetahuan mertua saya. Saya sering memberi dia Cam saat kami Chatting, agar dia bisa melihat pertumbuhan Manda dan Mandy. Saya ingin dia tahu, kalau saya menjaga buah hati kami dengan baik, dan bisa mendidik Manda dan Mandy menjadi anak-anak yang cerdas, mandiri dan bertanggung jawab dari sejak dini. Dia berjanji akan kembali, dan saya akan terus menunggunya.” Lanjut Ezza menjelaskan dengan tatapan yang sangat yakin.

Cherry terdiam, tenggelam dalam pikirannya.

“ Seorang Ayah yang diberi cobaan begitu berat tapi masih optimis menyelamatkan rumah tangganya, dengan sabar dia menunggu isterinya kembali, demi cintanya pada isterinya, dan demi anak-anaknya dia rela menunggu. Sungguh pria yang tegar, seandainya Ayahku seperti itu, mungkin aku takkan pernah berpisah dengan Loudy seperti sekarang ini.” Gumamnya dalam hati

Dugh!!!! Bola hijau muda Manda terlempar tepat di dahi Cherry. Cherry pun tersentak dari lamunannya. Manda tertawa geli  melihat Cherry yang mengusap-usap dahinya. Ezza tertawa melihat tingkah Manda yang setengah memaksa menyibak poni Cherry dan mengecupnya sekejap seraya berkata.
“Aku kasih obat, biar sembuh pusingnya.” Ujar manda sambil tersenyum lebar.
Cherry hanya bisa tertawa menanggapi tingkah Manda yang menggemaskan.
“Ayo kita pulang Manda, Mandy pasti sudah pulang dari rumah nenek.” Ajak Ezza.
Manda pun berlari menghampiri ayahnya sambil melepas topi putihnya.
“Mau ikut Cherr?” Ajak Ezza lagi.
“Ngga usah, saya bawa motor kok.” Jawab Cherry tersenyum.
“Oh ya, panggil saya Ezza.” Katanya lagi.
“Gimana kalau aku panggil Kakak aja?”. Usul Cherry.
“Okelah, kalau itu membuat kamu lebih nyaman.” Jawabnya sambil terenyum.
    “Aku juga mau pulang, sudah sore.” Kata Cherry sambil berjalan beriringan dengan Ezza dan manda

Akhirnya mereka berpisah di tempat parkir. Cherry pun mengemudikan motornya ke jalan yang berbeda arah dengan mobil Ezza.

“Senang bertemu mereka, ketabahan Kak Ezza membuatku semangat untuk bisa bertahan dalam keadaan terpuruk sekalipun.

Sore itu, semilir angin sejuk menyapu wajah Cherry, menjadikan suasana hatinya lebih tenang. Motor matic putihnya pun berjalan santai menyusuri jalanan yang mulai lengang menandakan matahari mulai tenggelam.

Seminggu kemudian.
   
Sepulangnya dari sekolah, Loudy mendapati rumahnya sepi. Biasanya jika pulang sekolah, Tante Betsy langsung membentaknya memerintahkan Loudy untuk masuk ke kamarnya dan tidur siang. Tapi hari itu tampak tenang.

“Ayah dan Tante Betsy kemana kak?” Tanya Loudy menyelidik pada Adryn.
“Ayah keluar kota sama mama, ada urusan mendadak. Aku disuruh jagain kamu Loudy. Jadi kamu jangan nakal, apalagi mencoba untuk kabur dari rumah ini.” Jawab Adryn sambil melepaskan jacketnya dan melemparkannya di sembarang tempat kemudian masuk ke kamarnya.
Loudy hanya terdiam ditempat mendengar jawaban Adryn dengan berbagai pikiran di kepalanya.

Tanpa pikir panjang, Loudy langsung naik ke lantai atas. Seingat Loudy, setiap dia pulang sekolah, Adryn selalu masuk kekamarnya untuk tidur siang. Loudy pun punya kesempatan untuk masuk ke kamar Cherry yang telah kosong berbulan-bulan.
Sesampainya di depan pintu kamar Cherry, Loudy mencoba membuka pintunya, namun pintu kamar itu terkunci rapat.
“Waduh! Dikunci !” Keluh Loudy sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

 Loudy memandang ke sekitar kamar Cherry.

“Ahaha, I have an idea!” Cetus nya dalam hati.

Kemudian Loudy turun kelantai bawah dan berjalan menuju kamar Adryn. Tanpa pikir panjang, Loudy pun mengetuk kencang pintu kamar Adryn.

“Kak Adryn!! Bangun Kak, tolongin aku kakak!” Teriak Loudy.
Tapi Adryn tak kunjung membuka pintu kamarnya.

“Kak Adryn!” teriak Loudy lebih kencang dari sebelumnya.

Akhirnya Adryn pun keluar dengan wajah kusutnya sambil mengacak-acak rambut, tampaknya Loudy benar-benar berhasil membangunkan Adryn yang baru saja terlelap tidur.

“Apaan sih kamu teriak-teriak?!” Bentak Adryn sambil berjalan ke meja makan dan menuangkan air putih digelasnya.

“Hehe, itu kak…anu…itu kak! “ Jawab Loudy tidak jelas sambil cengengesan.

Adryn menatap tajam kearah Loudy yang berdiri tepat di dekat tangga.

“ Jangan bilang kamu bangunin aku cuma buat hal yang ga penting.” Tegas Adryn mulai sewot sambil membuka toples dan melahap keripik kentang.

“Eng…enggak ko kak, aku serius! Jawab Loudy dengan wajah meyakinkan.
“Tadi…aku liat ada yang masuk ke kamar Kak Cherry kak!” Lanjut Loudy sambil membelalakkan mata kearah Adryn.

Adryn yang sedang minum pun langsung tersedak.

Uhuuk!!!kebanyakan ngelamun kamu Loudy! Uhhuk!! Mana mungkin..uhuuk!!!Mana mungkin ada orang masuk ke kamar Cherry, pintu depan …Uhuuk!! Sama pintu belakang udah aku kunci Loudy, lagian juga Uhukk…kamar Cherry terkunci, dan kuncinya ada disini!! Uhuuk..uhukk..hukk!!... Jelas Adryn terbatuk-batuk sambil menunjukkan serangkaian kunci yang langsung dia keluarkan dari saku celananya.

Loudy yang memandang kejadian itu tertawa geli melihat raut wajah Adryn yang memerah karena tersedak minumannya. Tshirt kuning Adryn pun basah karena tumpahan air dari gelasnya.

“Kalau kakak ga percaya, cek aja sendiri! Buka aja pintunya, tapi klo kakak takut sih…ya udah, aku juga mau belajar aja deh!.” Jawab Loudy menantang sambil ngeloyor berjalan menuju pintu kamarnya seolah-olah tidak perduli.

Adryn melepas tshirt basahnya sambil memandang ke lantai atas. Akhirnya Adryn berjalan menuju tangga sambil tetap mengantongi kunci di saku celana pendek hitamnya.

“Eng…aku boleh ikut ga kak?!” Tanya Loudy sambil tersenyum lebar.

Adryn mengangkat kedua tangannya tanda setuju, Loudy langsung masuk ke kamarnya dan membuka laci meja belajarnya untuk mengambil sesuatu, kemudian berlari kearah tangga dan berjalan mengikuti Adryn dari belakang.
Adryn berjalan sambil menyelidik lantai atas, kemudian menghampiri pintu kamar Cherry.

“Pintunya rusak Kak, mendingan lepas dulu kunci kamar Kak Cherry, soalnya suka susah diambil kalau udah masuk ke lubang kuncinya. “ Saran Loudy tanpa membuat Adryn curiga.

Adryn memandang tajam Loudy, namun Loudy membuang muka pura-pur tidak melihat Adryn yang mulai menatapnya dengan tajam. Adryn pun melepas satu kunci kamar Cherry dari rangkaian kunci ruangan yang lain. Kemudian memutar kunci dan membuka pintu kamar Cherry dengan awas.
Setelah pintu kamarnya terbuka, Adryn pun masuk ke kamar Cherry. Dengan sigap Loudy menukar kunci Kamar Cherry yang memang benar-benar rusak dan pernah Cherry simpan di laci kamar Loudy dengan kunci yang terpasang di pintu kamar Cherry.


“Kamu ngerjain aku ya?” Tanya Adryn sambil terus mengawasi sekelilingnya.
“Ng…ngak kak, serius tadi aku lihat ada orang masuk!” Jawab Loudy kembali meyakinkan.
“Dasar anak kecil, kebanyakan nonton film horror kamu, buktinya ga ada siapa-siapa diruangan ini. Cuma kamu sama aku Loudy!” Gerutu Adryn yang merasa dipermainkan oleh Loudy.
Loudy langsung cemberut, pipinya mengembung sambil melotot.
“Dasar bawel, udah tau aku kerjain, masih aja ngedumel! Gumam Loudy dalam hati.
“ Kamar ini rapih amat, padahal Cherry udah gak tidur disini berbulan-bulan.” Kata Adryn memandang sekeliling ruangan itu.

“Kak Cherry itu gak jorok, semua ruangan setiap hari dia lap dari debu-debu yang menempel, jadi debunya juga ogah nempel di ruangan ini.” Jawab Loudy sembarangan sambil duduk diatas tempat tidur Cherry.

Adryn memandang sekeliling ruangan itu. Sedangkan mata Loudy mengawasi setiap detil kamar itu, berharap ada sesuatu yang bisa Loudy bawa ke kamarnya.
Adryn mengelilingi ruangan itu, dikamar itu tidak terlalu besar.tidak banyak perabot yang terdapat disana seperti kebanyakan dikamar wanita lainnya. Tempat tidur model classic dengan kayu kokoh berwarna coklat gelap dan kelambu berwarna merah muda berdiri dengan cantik di tengah ruangan, meja belajar, meja rias, dan lemari dengan bahan kayu dan warna yang sama seperti tempat tidur pun mengelilingi kamar itu. Gorden berwarna merah muda senada dengan kelambu menutup jendela kamar Cherry, melindunginya dari sinar matahari.
Adryn menyelidik detil ke setiap sudut ruangan, menyentuh deretan koleksi foto-foto Cherry dan teman-temannya, begitu juga foto Ayah, Loudy dan Almarhum ibunya. Lalu Adryn meraih sebuah bingkai berisi foto keluarga utuh Cherry dan Loudy sebelum ayahnya menikah dengan Mamanya.
Kemudian Adryn duduk disamping Loudy yang masih menyelidik kamar Kakaknya sambil memeluk boneka kura-kura kesayangan Cherry.

“Apa Cherry baik sama kamu Loudy?” Tanya Adryn sambil memandang foto bahagia keluarga itu.
Loudy menengok sekilas kearah Adryn.
“Tentu”. Jawab Loudy pendek sambil kemudian membelakangi Adryn dan membuka laci meja rias Cherry.
“Sebaik apa dia?” Tanya Adrin sambil tetap menatap bingkai foto.

Loudy menghampiri  Adryn dan duduk disampingnya sambil ikut memandang bingkai foto keluarganya.

“Kak Cherry itu merawat aku sejak Ayah menikah dengan Tante Betsy, tepatnya sejak aku kelas 4 SD.” Jawab Loudy yang kemudian bangkit dari tempat dia duduk semula dan berjalan mendekati jendela, lalu membuka gorden dan kacanya.

Semilir angin segar pun memasuki kamar itu yang tampak sudah terlalu lama tidak dimasuki sinar matahari dan udara dari luar.

“Kalau aku ga ngerti sama pelajaran di sekolah, Kak Cherry yang mengajarkanku kembali di rumah sampai aku mengerti, kalau aku nakal, Kak Cherry juga yang mengingatkan aku, dia ga pernah marahin aku. Itu hebatnya Kak Cherry.” Lanjut Loudy sambil tersenyum memandang langit dari jendela kamar Cherry.

“Lalu?” Tanya Adryn dengan wajah penuh Tanya.

“Kalau aku sakit, Kak Cherry jagain aku dari aku bangun tidur, makan, minum obat, sampai aku tidur lagi, dan bahkan sampai aku sembuh di selalu ada disamping aku. Jadi intinya, Kak Cherry tidak seburuk seperti apa yang Ayah dan Tante Betsy katakan pada Kak Adryn.” Jawab Loudy sambil berbalik menghadap Adryn.

Adryn terlihat sedikit termenung memandang kearah  Loudy dengan bingkai foto tetap tergenggam dikedua tangannya, Loudy pun menatap tajam Adryn.

“Kak Cherry bukan hanya seorang Kakak bagi aku, dia bisa menjadi Guru, teman, bahkan bisa memposisikan diri sebagai seorang ibu untuk aku. Jadi Kak Adryn tidak akan bisa menggantikan posisi Kak Cherry. Sekalipun ayah, Tante Betsy dan Kak Adryn selalu mencibir dan menilai jelek Kak Cherry. Tapi aku lebih tahu Kak Cherry seperti apa? Jadi ucapan negative kalian tidak akan pernah mempengaruhi aku.” Jawab Loudy dengan tatapan lebih tajam dan kmudian berjalan keluar kamar meninggalkan Adryn yang terlihat shock mendengar pernyataan adik angkatnya tersebut.
Malam harinya Adryn pergi keluar rumah, dan sebelumnya sempat pamit pada Loudy sambil mengingatkan Loudy untuk tidak keluar rumah dan menegaskan bahwa Adryn mengunci Loudy dari luar.
“Ingat Loudy, kalau ada masalah, kamu hubungi aku pakai telepon rumah ini. Kamu tidak akan bisa menghubungi nomor siapapun kecuali nomor aku dan nomor ayah, ingat itu.”Tegas Adryn.
Loudy mengangguk cepat berharap Adryn tidak lebih banyak bicara dan segera keluar rumah.

Setelah sekitar 30 menit Adryn keluar dari rumah, Loudy langsung berlari ke lantai atas sambil menarik-narik celana piyama biru tuanya yang mulai kedodoran karena berat badannya yang menurun.
Saat membuka pintu kamar Cherry.
“Ahaha, rupanya Kak Adryn benar-benar ga bisa mengunci dengan kunci rusak ini.” Gumam Loudy sambil tertawa geli.
Loudy mendekati tempat tidur Cherry, mengangkat bantal-banal dari tempat tidurnya, mengangkat selimut tebal Cherry, namun dia tidak menemukan apa yang dia cari. Kemudian Loudy membuka semua laci yang terdapat di kamar tersebut, mencari-cari yang dia cari namun tak kunjung terlihat.
Dengan penuh rasa penasaran Loudy membuka lemari Cherry, namun tetap saja dia tidak menemukannya. Dalam keadaan setengah putus asa, Loudy merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur Cherry yang berantakan karena bantal, selimut dan guling sudah berserakan bukan pada tempatnya. Lalu membalik badannya seraya menelungkup dan menyingkap bantal besar bercorak bunga matahari di tengah tempat tidur, dari celah tempat tidur, Loudy menemukan sebuah celah kecil dibelakang tempat tidur, tepatnya di tembok yang terhalang tempat tidur bagian atas.
Dengan mata terbelalak Loudy baru saja mengingat sesuatu.

“Ya ampun! Ko aku bisa lupa?!” Keluhnya sambil memukul kepalanya sendiri dengan tangan kirinya.
“Pantas saja gak ketemu, Kak Cherry pasti menyimpannya ditempat yang aman”. Celotehnya lagi sambil mencoba mendorong tempat tidur untuk menggesernya kearah kanan, agar celah tersebut bisa dibuka oleh Loudy.
Selang beberapa menit, setelah bersusah payah mendorong tempat tidur besar itu. Akhirnya Loudy sudah dapat membuka dengan mudah tempat penyimpanan rahasia tersebut, karena Cherry sudah berkali-kali mengajarkan Loudy cara membuka tempat penyimpanan tersebut sejak mereka masih bersama.

“Nah ini dia!” Loudy melompat kegirangan setelah menemukan laptop berstiker spiderman seperangkat dengan Chargeran dan surat pendek dari Cherry yang isinya mengingatkan Loudy untuk tetap menyimpan laptop itu di tempat yang tidak mungkin di jangkau oleh siapapun kecuali Loudy sendiri.

Loudy bergegas menutup rapat tempat penyimpanan itu, menggeser kembali tempat tidur Cherry dan membereskan seperti sedia kala. Lalu keluar dari kamar Cherry sambil berlari menuju kamarnya dan mengunci  pintu kamarnya.

“Ya Ampun! Tapi kan gak ada modemnya!” Keluh Loudy sambil lagi-lagi memukul kepalanya dengan tangan kirinya.

“Lagi –lagi aku harus cari ide supaya aku bisa mendapatkan modem agar internetnya berfungsi.” Gumam Loady sambil terduduk lemas dibawah tempat tidurnya.

Kemudian Loudy menyimpan laptopnya ditempat penyimpanan dibalik meja belajarnya.

“Aku lelah hari ini, biar saja Kak Adryn pulang larut malam, aku mau tidur saja.” Ujar Loudy sambil kembali ke tempat tidurnya, dan menarik selimut spidermannya hingga dada.

“ I promise, Kak Cherry pasti akan tinggal disini menemaniku lagi.” Kemudian Loudy membaca doa dan terlelap seiring dengan larutnya malam itu.

Deru angin di luar jendela kamarnya pun tak mengganggu lelap tidurnya malam itu.

Bersambung ...........

Selasa, 21 Desember 2010

CERBER TEENLIT : CHERRY &LOUDY (BAB VII)

BAB VII
PAPA TAMPAN



Siang itu Loudy keluar dari rumah dengan memanjat jendela kamarnya. Loudy berjalan menyusuri samping rumahnya menuju rumah Tante Maya.
 Dari halaman belakang, tampak tante Maya sedang memasak di dapur dan Ashley sedang asyik mewarnai sebuah kertas dengan crayonnya.
Tanpa memberi salam Loudy langsung memeluk Tante Maya dari belakang dan menangis . Tante maya yang kaget langsung menoleh, saat mendapati Loudy yang memeluknya dengan air mata mengalir dimatanya.
 Tante Maya membungkukkan badannya dan mengiring Loudy berjalan menuju ruang santai dimana Ashley sedang mewarnai.
“Cup sayang.” Ujar tante Maya sambil menghapus air mata Loudy.
 “Aku kangen Kak Cherry.”Ungkap Loudy masih dengan tersedu.
 “Kalau kangen, tadi kenapa Kak Loudy masuk tanpa melirik Kak Cherry sedikitpun, aku aja tadi dipeluk sama Kak Cherry lamaaaaaaa banget!.” Kata Ashley sambil memeluk erat boneka pigletnya.
Tangisan Loudy makin menjadi.
Tante maya terlihat memperingatkan Ashley. Ashley hanya menunduk dan kembali mewarnai kertasnya.
“Ada apa dengan kamu sayang? Tadi kenapa Loudy tidak menyapa Kak Cherry?” Tanya tante Maya.
 “Ada Kak Adryn.”Jawab Loudy pendek.
“aku takut Kak Adryn mengadu sama ayah, nanti aku makin sulit bertemu dengan Kak Cherry.”Jawab Loudy lirih.
 Tante Maya yang mengerti maksud dari tindakan Loudy tadi langsung tersenyum.
“Tenang ya Loudy, tante yakin Kak Cherry pasti datang lagi menemui Loudy.”Kata Tante Maya menenangkan Loudy.
Kemudian Ashley berlari ke kamarnya. Tak lama kemudian Ashley keluar lagi dan membawa tas sekolahnya.
 “Aku punya sesuatu buat Kak Loudy.” Kata Ashley sambil mengeluarkan roti berbentuk spiderman.
 Loudy terbelalak.
”Wuaaaah..keren banget!” Ungkapnya senang sambil mengusap air matanya.
Loudy membolak balik roti itu.
”Aku juga punya, bentuknya kucing!” Kata Ashley sambil menunjukkan roti nya kepada tante Maya.
“Loh, darimana kamu dapatkan roti lucu ini?”. Tanya Tante Maya.
 “Kak Cherry.” Jawabnya Ashley pendek.
Loudy terlihat melongo. Roti ditangannya pun dia pandang tak henti-hentinya.
Tak lama kemudian Darla datang dengan penampilan yang kacau. Ashley yang menyadari kedatangan kakaknya langsung lari kepangkuan mamanya. Loudy menoleh tampak kebingungan.
”Dari mana Darla, kok kusut amat penampilan kamu?” Tanya tante Maya.
Namun Darla tampak tidak ingin diganggu, tanpa menjawab pertanyaan mamanya, Darla langsung naik ke kamarnya.
 Tante Maya tidak heran dengan sikap Darla yang seperti itu. Ashley lalu berbisik ke telinga mamanya.
”Kak Darla jahat lagi sama aku!.” Bisiknya dengan suara yang masih dapat terdengar oleh Loudy.
Mamanya mengangguk dan menghampiri Darla ke kamarnya.
Loudy pun pamit sambil menyembunyikan roti spidermannya dibalik kaos hijau yang dia gunakan dan kembali ke rumah melewati jalan yang sama saat dia keluar tadi.
 Loudy membolak-balik roti itu.
 Dulu Cherry sering sekali memberi Loudy hadiah dengan gambar spiderman yang terdapat di barang yang Cherry berikan kepada Loudy. Ada sweater, mug, tas, buku, bahkan laptop yang biasa Loudy gunakan pun Cherry tempeli dengan stiker Spiderman yang hampir menutupi seluruh permukaan cover Laptop Loudy.
 Loudy menarik nafas, dia duduk disamping jendela sambil memandang langit .
”Bulan depan aku ulang tahun, semoga Kak cherry datang.”Harap Loudy sambil duduk memeluk lututnya disamping jendela.
“Kedatangan kak cherry adalah kado terindah untukku.” Ungkapnya sambil memeluk bantal spidermannya dan memandang langit yang mulai senja dari jendela kamarnya.

Semenjak cherry melihat sikap Loudy siang itu, Cherry benar-benar menyibukkan diri di toko. Ia tak ingin terlalu memikirkannya. Setiap sore sepulang bekerja, Cherry selalu mengunjungi taman mawar yang letaknya tidak jauh dari rumah Aurel.
Cherry  duduk sambil memeluk lutut sambil termenung dikursi taman. Taman itu begitu asri, pohon-pohon berdiri tegak di sekeliling, tanahna ditumbuhi rumput hijau, dihadapan Cherry terdapat sebuah kolam dengan dua air mancur dikanan kirinya, bunga teratai tumbuh disekitar kolam itu. Suasana tenang yang Cherry suka ditempat itu. Penduduk sekitar taman itu biasa mengunjungi taman itu menjelang sore hari.
Saat cherry mulai tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba Cherry merasakan ada yang memukul-mukul kakinya. Saat Cherry menoleh, ernyata seorang anak usianya sekitar dua tahun sedang memukul-mukul kaki Cherry dengan tangan kecilnya. Anak itu terlihat asyik dengan kegiatannya itu. Cherry langsung menurunkan kakinya dan mendekatkan wajahnya kearah anak itu.
“Hai cantik, sedang apa kamu?” Tanya Cherry sambil mengelus pipi anak kecil itu.
Anak kecil itu pun tertawa.
Tiba-tiba datang seorang pria memanggil anak itu.
“Mandy!” Panggil Pria tampan itu.
Pria yang Cherry perkirakan usianya tidak terlalu jauh diatas Cherry itu menghampiri anak yang  ternyata bernama Mandy.
Pria itu kemudian menggendong Mandy dan hanya tersenyum pada Cherry dan berkata.
“Maaf mengganggu.” Ujarnya sambil tersenyum manis.
Tanpa sadar Cherry melongo memandang senyuman manis Pria itu.
“Oh iya, gak apa-apa!” Jawab Cherry salah tingkah.
Pria itu pun berbalik dan pergi meninggalkan Cherry yang masih setengah termenung.
“Papa yang tampan”. Gumam Cherry sambil tersenyum sendiri.

Minggu berikutnya Cherry disibukkan dengan  pekerjaan toko yang sedang mendapatkan banyak pesanan dan promosi produk baru mereka. Aldy menghampiri Cherry yang sedang mengemas roti selai srikaya berbentuk kelinci.
“Cherr, ayo kemari!”. Ajak Aldy.
Cherry hanya memandang bingung.
“Ada apa memangnya?”. Tanya Cherry sambil mengangkat alisnya.
“Kak Axel memanggil kamu dan aku sekarang ke ruangannya!” Ujar Aldy sambil menarik tangan Cherry dan mereka pun berjalan menuju ruangan Axel.
Pada saat mereka masuk, Axel terlihat sedang sibuk memilih bentuk roti yang akan mereka jadikan sebagai tester untuk dipromosikan di sekolah-sekolah.
Cherry duduk didepan meja Axel dan Aldy membantu Axel memilih roti yang bentuknya sangat beragam.
“Kira-kira besok yang bersedia membagikan tester roti ini di SD Matahari siapa ya?” Tanya Axel mengernyitkan dahinya.
“Apa?! SD. Matahari??”Tanya Cherry kaget.
SD. Matahari adalah nama sekolah Loudy. Cherry pun menjawab tanpa berfikir panjang lagi.
“Aku mau Kak!” Ujarnya cepat.
Axel memandangnya heran. Kemudian memberikan sekitar lima belas bentuk roti kepada Aldy dan meminta untuk diberikan kepada Marsya agar dapat diperbanyak jumlahnya.
Axel tampak menimbang-nimbang jawaban Cherry. Karena Cherry  terlihat memasang wajah memohon.
“Oke, Cherry dan Aldy!” Ungkap Axel cepat.
“Saya kak?!”Tanya Aldy setengah bingung.
“Bukannya tadi kakak menyuruh saya membagikan tester di SD. Pelangi?!” Tanya Aldy kebingungan.
“Di SD. Pelangi biar Sisca dan Aurel yang bertugas!”. Jawab Axel sambil merapatkan kedua telapak tangannya.
Cherry tampak sumringah mendengar keputusan Axel. Aldy hanya mengangkat kedua tangnanya tanda pasrah dengan keputusan Axel.

Keesokan harinya Cherry dan Aldy menuju SD. Matahari untuk melakukan tugas mereka. Pagi-pagi mereka sudah datang ke sekolah itu dan meminta izin kepada kepala sekolah untuk membagikan tester roti yang mereka bawa. Pihak sekolah pun memberikan tanggapan yang positif dan mengizinkan mereka membagikan tester itu pada saat murid SD. Matahari istirahat pukul 9.30.
Cherry dan Aldy tampak duduk dibawah pohon rindang yang terdapat disamping lapangan, mereka menunggu waktu istirahat tiba.
Dari kejauhan tampak seorang wanita berjalan menuju kearah mereka, namun sepertinya orang itu akan memasuki kelas karena jalannya memang searah dengan tempat dimana cherry dan Aldy duduk. Tiba-tiba wanita menghentikan langkahnya. Memandang kearah Cherry dan kemudian tersenyum.
“Cherry!” Panggil wanita itu sambil menghampiri Cherry.
“Ibu Melinda!” Jawab Cherry kaget.
“Apa kabar Cherry? Sudah lama sekali tidak bertemu kamu!.” Kata Ibu Melinda yang tidak lain adalah Wali Kelas Loudy.
“Kabar baik bu, Saya sedang bertugas sebentar disini!.” Jawab Cherry sambil tersenyum.
Ibu Melinda memandang kotak roti yang tersusun rapih di samping ALdy.
“Wah, anak-anak pasti senang!” Ungkap Ibu Melinda.
Cherry menundukkan kepala, lalu memandang kelas dimana Loudy berada. Akhirnya Cherry memberanikan diri untuk bertanya kepada Ibu Melinda.
“Hari ini Loudy masuk sekolah bu?”. Tanya Cherry hati-hati.
Ibu Melinda tampak memandang kearah kelas dan kemudian tersenyum. Tanpa menjawab pertanyaan Cherry, Ibu Melinda menarik tangan Cherry dan mengiringinya berjalan menuju pintu kelas. Ibu Melinda menunjuk sesosok anak laki-laki tampan yang duduk di bangku barisan ketiga dan sedang melamun memangku dagunya sambil mencoret-coret kertas yang  ada dihadapannya.
Cherry tampak kaget melihat adiknya melamun sendirian sedangkan teman-teman lainnya tampak asyik mengobrol karena tugas mereka telah selesai.
Kemudian Cherry menepuk tangannya sendiri dua kali, tanpa disangka Loudy langsung menoleh kearah Cherry berada.
Loudy terbelalak, saat akan bangun dari tempat duduknya, Cherry melarangnya dengan mengulurkan tangannya menandakan jangan menghampirinya. Ludy pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri Cherry.
Loudy memandang Cherry tanpa henti, saat Cherry sedikit bergeser Loudy sempat bangun dari kursinya dan bersikap seakan tidak ingin kakaknya pergi. Tak lama kemudian Ibu Melinda masuk ke kelas dan mengumpulkan tugas murid-muridnya.
Cherry menghampiri Aldy sambil tersenyum lebar. Aldy yang heran dengan sikap Cherry yang ceria langsung bertanya.
“Kenapa kamu Cherr, seneng amat kelihatannya?!” Tanya Aldy heran.
Cherry hanya menjawab pertanyaan Aldy dengan tersenyum. Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi, anak-anak yang sudah mendapatkan pengarahan dari guru mereka masing-masing bahwa ada pembagian Tester di lapangan pun berhamburan keluar kelas dan menyerbu Cherry dan Aldy.
Aldy pun meminta anak-anak itu mengantri, dan pembagian tester pun berjalan dengan tertib. Loudy terdiam didepan pintu kelasnya dan terlihat tidak ikut mengantri. Saat antrian selesai, Loudy langsung berlari menghampiri Cherry dan memeluknya erat kakaknya. Cherry pun membalas pelukan adiknya.
“Kakak, aku kangen sama kakak!” Ungkap Loudy yang mulai menangis dipelukan Cherry.
Cherry tak mampu berkata-kata. Cherry hanya mengelus punggung adiknya.
“Kakak juga kangen sama ade!” Jawabnya lirih.
Aldy yang melihat pemandangan itu makin heran, karena Aldy tak pernah tahu kalau Cherry memiliki seorang adik. Hanya Aurel dan Axel yang mengetahui hal itu.
Cherry pun melepaskan pelukan Loudy dan mengajak Loudy duduk.
“Kakak bawain ade roti Batman!” Kata Cherry sambil memberikan roti berbentuk kepala Batman kepada Loudy.
“Asik tambah lagi!” Jawabnya senang.
“Tambah lagi? Maksud ade?” Tanya Cherry heran.
“Iya, waktu itu kakak pernah menitipkan roti berbentuk kepala Spiderman juga kan ke Ashley?” kata Loudy mengingatkan.
Cherry mengangguk cepat.
“Nah, roti spiderman itu aku bingkai!!!” Jawab Loudy tertawa.
“Apa?! Dibingkai?! Memangnya gak ade makan rotinya?” Tanya Cherry terbelalak.
“Nggak!” Jawab Loudy tersenyum lebar.
“Itukan roti de, pasti berjamur!” Kata Cherry sambil memukul keningnya sendiri.
“Gak apa-apa, dengan aku bingkai seperti itu, aku merasa kakak selalu ada disamping aku.” Jawabnya Loudy dengan wajah tertunduk.
Cherry mengangkat dagu Loudy.
“Sayang, ade selalu ada disini, dihati kakak, dan kakak jg akan selalu ada dihati ade.” Ungkap  Cherry sambil menunjuk kearah dada Loudy.
Loudy pun tersenyum.
“Yang ini boleh dibingkai juga kan kak?” Tanya Loudy sambil menunjukkan roti kepala Batmannya.
Cherry pun tertawa sambil mengangguk.

Hari itu terasa begitu cepat bagi Cherry, hari yang sangat menyenangkan dapat bertemu dengan adik tersayangnya walaupun dalam waktu singkat. Namun dari beberapa perbincangan mereka, Cherry dapat memastikan bahwa Loudy tidak sebahagia dan senyaman seperti apa yang dia lihat saat di rumah Tante Maya hari-hari sebelumnya.
Loudy berjanji pada Kakaknya untuk mengabari Cherry secepatnya jika mereka punya waktu luang untuk bertemu. Loudy mengatakan, semua akses komunikasi di blokir ayah mereka agar Loudy tidak dapat berkomunikasi dengan siapapun, kecuali dengan Adryn dan ayah, Loudy pun hanya bebas dari pantauan Ayah saat di sekolah, setelah jam belajar selesai, Loudy kembali terpenjara dalam kesendirian. Adryn memang baik, namun sayang Tante Betsy terlalu mengekang Adryn untuk terus mengawasi Loudy, padahal dibeberapa kesempatan, Adryn sempat mengajak Loudy untuk pergi jalan-jalan tanpa sepengetahuan Tante Betsy dan ayah. Loudy pun menjelaskan, kebencian Adryn pada Cherry disebabkan pernyataan-pernyataan Tante Betsy mengenai kepribadian Cherry yang pembangkang. Padahal Cherry seperti itu pun karena berbagai alas an.
Cherry yang mengetahui fitnah tentang dirinya hanya dapat mengelus dada, Loudy pun bilang. Bahwa dia belum bisa menjelaskan perihal apapun mengenai Cherry, karena takut Adryn pun akan berubah sikapnya menjadi otoriter seperti ayah mereka.
Siang itu, setelah selesai mengerjakan tugasnya, Cherry pun kembali ke Toko dan menyerahkan laporan kepada Axel. Saking senangnya, Cherry tidak banyak berbicara pada Axel. Axel hanya terheran-heran melihat tingkah Cherry yang sumringah namun tak banyak bicara.
Sepulang dari Toko, Cherry mengarahkan  motornya menuju ke Taman. Cherry memarkir motornya di tempat parkir yang telah tersedia disana. Tampak sebuah mobil Mercy silver terparkir dengan gagah. Cherry sempat mengelus dada.
“Kapan ya aku punya mobil sekeren itu?” Ujarnya sambil menertawakan diri sendiri yang merasa tidak mungkin bisa memiliki mobil sekeren itu..
Cherry duduk di bangku taman kosong dibawah pohon rindang, membuka novelnya dan mulai asyik membaca. Semilir angin di taman membuat suasana tambah sejuk, suasana indahnya taman pun terasa sempurna dengan bahagianya perasaan Cherry pada saat itu.
Cherry terlihat duduk bersila di atas bangku taman yang berwarna putih  sambil sibuk membolak – balik halaman novel yang sedang ia baca. Satu kaleng coke pun menemani Cherry yang dia simpan di samping kanan tempat dia duduk, entah sudah berapa lama ia tidak merasa setenang ini.
Tiba-tiba, Cherry merasa ada yang menarik-narik ujung roknya. Cherry kaget, tampak seorang anak kecil yang memandang heran kearah Cherry sambil terus menarik-narik roknya. Cherry yang memandang balik anak itu dan langsung bertanya.
“Ada apa adik kecil?” Ujar Cherry sambil sedikit membungkukan badan agar setara dengan tinggi badan anak itu.
Anak kecil itu hanya memandang kearah kolam yang terletak tepat di depan tempat Cherry duduk. Lalu anak itu menunjuk sebuah bola plastik yang mengapung di kolam. Lagi-lagi anak itu menarik-narik ujung rok Cherry dengan raut wajah seakan dia akan menangis. Cherry yang menyadari hal itu langsung menuntunnya ke arah kolam.
“Tunggu disini ya cantik.” Perintah Cherry sambil mengambil sebuah ranting pohon yang lumayan panjang.
Tak lama Cherry kembali, anak itu menunggu Cherry sambil duduk memeluk lutut di tepi kolam. Cherry mengarahkan ranting pohon panjang itu untuk meraih bola plastik yang tercebur ke kolam.
Tak berapa lama kemudian. Bola itu pun tertarik ke tepi kolam dan Cherry meraihnya dengan sigap. Dengan spontan anak itu bertepuk tangan kegirangan. Cherry yang melihat anak itu pun tertawa. Kemudian Cherry  memberikan bola berwarna hijau muda ke tangan anak itu. Anak kecil manis itu pun tersenyum dan langsung memeluk Cherry dan Cherry puh membalasnya . Terdengar anak itu membisikkan sesuatu ke telinga Cherry  .
“ Thank you”. bisiknya sambil tersenyum lalu berlari kearah tempat parkir.
Cherry sempat khawatir, karena tidak melihat orang tua anak itu di sekeliling taman.
Bersambung ................