Selasa, 21 Desember 2010

CERBER TEENLIT : CHERRY &LOUDY (BAB V)




BAB V
BERTAHAN




Saat keluar dari rumah, Cherry juga membawa motor kesayangannya. Tanpa tujuan yang pasti Cherry menelusuri setiap jalan menjauhi rumahnya. Arloji ditangannya menunjukkan pukul 6 Pagi. Tiba-tiba Cherry menghentikan motornya.
“Hari ini aku kuliah pagi!” Ujarnya sambil memukul kepalanya sendiri dengan tangan kirinya.
 Tersirat dalam benak Cherry.
“Aurel! Iya betul ke rumah Aurel!” Katanya sambil kembali menggas motornya.
Aurel adalah sahabat Cherry sejak kecil, dahulu rumah Aurel tepat diseberang rumah Cherry, namun orang tua Aurel pindah rumah dan menjual rumahnya pada Tuan Azaka yang sekarang menempati rumah itu.
Akhirnya sampai juga Cherry di rumah mungil sederhana itu, pintu gerbangnya terbuat dari kayu, terdapat taman kecil di halamannya yang ditumbuhi bunga bougenvile  yang sangat indah dan terhampar rumput hijau dengan tetesan embun yang terlihat menyegarkan, sebuah pohon kersen pun berdiri tegak di samping rumah itu. Cherry memarkirkan motornya didepan pintu.
 Belum sempat Cherry turun dari motornya, tampak keluar seorang gadis dengan piyama biru nya, kacamata nya tak pernah ia lepas karena matanya yang minus, rambutnya yang panjang berombak ia biarkan terurai.
Cherry yang melihat temannya keluar rumah tidak segera memanggilnya. Aurel yang sadar ada tamu datang ke rumahnya pagi itu langsung menyipitkan matanya, dia memandang menyelidik kearah Cherry. Cherry tersenyum lebar pada Aurel yang sepertinya masih menegaskan pandangannya.
“Cherry??!” Panggil Aurel setengah kaget.
 Cherry hanya tersenyum .
 “Sedang apa disitu? Masuklah Cherr!” Pinta Aurel yang berjalan menghampiri Cherry.
 Cherry pun masuk dan memarkirkan motornya di halaman rumah Aurel yg mungil itu.
“Ayo masuk Cherr!” Ajak Aurel yang berjalan terlebih dahulu diikuti oleh Cherry.
Cherry memang biasa berkunjung ke rumah Aurel, Aurel hanya tinggal sendiri, ayah dan ibunya bercerai. Ibunya menikah lagi dengan seorang pemuda yang usianya hanya beberapa tahun diatas Aurel dan Ayahnya tidak jelas pergi kemana, sudah 15 tahun ayahnya tidak pernah datang ke rumah menemui Aurel. Aurel pun tidak pernah tau apakah ayahnya masih hidup atau tidak.
  Rumah itu adalah peninggalan neneknya,Aurel hanya tinggal sendiri dirumah itu.  Aurel tidak mau ikut tinggal bersama ibu dan suami barunya, sehingga ibunya mengijinkan Aurel untuk merawat rumah tersebut.
Aurel pun memperslahkan Cherry duduk.
”Duduk Cherr, tumben kamu pagi-pagi udah kerumah aku?” Tanya Aurel heran.
Cherry tertunduk, kedua tangannya terkepal erat. Aurel menyadari kondisi Cherry sedang tidak setenang biasanya. Aurel pun duduk disamping Cherry dan memeluk Cherry yang saat itu mulai menangis.
“Tenang Cherr, coba ceritakan apa yang membuatmu menangis seperti ini?” Pinta Aurel.
 Akhirnya Cherry menceritakan semua yang terjadi sejak kemarin sampai pagi tadi saat ayahnya datang kerumahnya. Saat Cherry bercerita, Aurel sempat membuatkannya teh hangat.
 Cherry tetap duduk tertunduk sambil menutup wajahnya. Aurel kembali duduk disamping Cherry dan memberikan secangkir teh yang tadi dia buat.
“Tenangkan hatimu dulu Cherr, kamu bisa tinggal disini sampai semuanya selesai, aku senang ada yang menemaniku, kamu sendiri tahu kalau aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri.” Ungkap  Aurel menenangkan Cherry kembali.
“Maaf aku merepotkanmu Rel.” Cherry tetap tertunduk.
 “Aku khawatir pada Loudy, aku gak tau bagaimana caranya mengeluarkan Loudy dari rumah.” Kata Cherry lirih.
 “Loudy tak harus ikut keluar dari rumah Cherr, kamu masih bisa menjaganya biarpun kamu gak disamping Loudy.” Aurel memberi saran.
 “Loudy pasti tau apa yang harus dia lakukan.” Ujar Aurel meneruskan kalimatnya. Cherry hanya mengangguk lemas.
Pagi itu akhirnya Cherry tetap beraktivitas seperti biasa. Cherry pergi ke kampus bersama Aurel, walaupun pikirannya masih sangat kacau, Cherry memaksakan diri untuk menjalani semua aktivitas seperti biasanya.
Sementara di rumah,Loudy masih mengurung diri di dalam kamarnya, dia mengunci rapat-rapat pintu kamarnya dan terduduk lemas dibalik pintu sambil memeluk lutut. Surat yang Cherry selipkan pun belum ia baca, hanya dia simpan didepan jari kakinya. Loudy tak tahu apa yang terjadi setelah dia masuk kamarnya tadi pagi, ia hanya mendengar suara berdebum saat Cherry terjatuh tanpa mau mengira-ngira suara apa yang terdengar cukup keras dibalik pintunya.
Loudy akhirnya meluruskan kedua kakinya, wajahnya tampak memerah setelah dia menangis tak henti-hentinya. Dengan lemah Loudy menarik selembar surat berlipat dua itu dan membacanya  :

Dear Loudy
Kakak pergi sementara untuk kebaikanmu, kakak pergi untuk bersama Loudy suatu hari nanti, kakak janji akan kembali dan tak akan meninggalkan Loudy sendiri lagi. Jaga dirimu sebisa mungkin, hati kakak selalu bersama Loudy. Kakak akan terus memantau dan menjaga Loudy walaupun kakak jauh.


Kakak Sayang Loudy selalu

Setelah membaca surat dari kakaknya, Loudy pun sadar apa yang telah terjadi, kini ia sendiri berada di rumah dengan kedua orang tua yang mungkin menganggapnya tidak ada. Tak ada yang mengingatkannya untuk sekolah, tak ada yang mengajaknya untuk sarapan. Namun dengan sebuah kalimat Cherry yang dia ingat, Loudy pun bangkit dari duduknya dan perlahan membuka pintu kamarnya.
”Kakak berjanji akan kembali dan gak akan meninggalkanku lagi, aku  harus bertahan.” Ujarnya menguatkan hati.
Loudy menyusuri koridor rumah, rumahnya tampak sepi seperti tak berpenghuni. Saat Loudy menuju kearah dapur, Loudy melihat Tante Betsy sedang menonton TV sambil mengangkat kedua kakinya dan menopangkannya pada sebuah kursi kecil, ditangannya sedang menggenggam sebuah toples berisikan kacang. Loudy memandangnya bagaikan seekor gajah sirkus yang bisa makan sendiri tanpa harus disuapi. Tante Betsy menoleh kearah Loudy.
“Halo tampan, kemari nak!” Ajaknya kepada Loudy
Namun loudy tetap diam ditempat.
 “Kemari nak, mama punya makanan untukmu.” Ujar tante Betsy sambil mengangkat sebuah Apple Pie kearah Loudy.
“Huh, Suaranya yang tipis  membuatku pusing.” Gumam Loudy sambil berjalan menuju toilet tanpa mengindahkan tawaran Tante Betsy.
Hari itu Loudy tidak pergi ke sekolah, Loudy hanya berdiam diri mengunci diri di kamar dan sesekali mengintip kearah jendela, berharap kakaknya datang membawanya turut serta pergi dari rumah yang sudah terlihat bagaikan kandang gajah yang tak pernah dibersihkan pikirnya.
Siangnya, sepulang dari kampus Cherry pun bekerja seperti biasa, tanpa banyak bicara, hanya bekerja dan bekerja dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya tanpa ingin membuat suatu kekacauan yang bisa saja menggangu pekerjannya. Axel yang menyadari Cherry tidak seceria biasanya langsung menghampiri Cherry.
“Kamu baik-baik saja Cherr?” Tanya Axel dengan kedua tangannya yang terselip di saku celana.
Cherry hanya mengangguk dan tetap fokus mengemas roti mentega pesanan kedalam kotak. Axel pun kembali menyadari, kelihatannya Cherry sedang tak ingin diganggu akhirnya hanya menepuk bahu kanan Cherry dan berjalan menghampiri Aldy menanyakan sudah berapa kotak roti yang siap diantar.

Bersambung ..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar