Selasa, 21 Desember 2010

CERBER TEENLIT : CHERRY & LOUDY (BAB IV)

 
 
 BAB IV
KETAKUTAN YANG TERJADI
 
 
Semalam suntuk Loudy tidak mau tidur, Loudy memaksa kakaknya untuk menonton DVD horror, padahal Loudy tahu Cherry tidak suka dengan Film horror. Akhirnya Cherry menemani Loudy walaupun menutup matanya dengan kedua tangannya. Loudy terlihat begitu puas menertawai kakaknya yang ketakutan karena Loudy memaksa Cherry untuk menonton Film horror itu tanpa menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Malam itu Loudy tertidur di sofa setelah menonton DVD, Cherry pun tertidur di kasur lantai yang Cherry gelar dibawah sofa.
Pagi-pagi buta Cherry terbangun dari tidurnya setelah mendengar ketukan pintu yang cukup keras. Dia melihat adiknya masih terlelap dengan selimut yang terjuntai kelantai.
Cherry pun bergegas bangun dari kasur lantainya sambil menyelimuti Loudy kembali dan bergegas berlari menuju pintu sambil mengikat rambut panjangnya yang berantakan.
Ketika cherry membuka pintu, betapa kagetnya dia setelah sadar bahwa yang datang pagi itu adalah ayahnya beserta istri mudanya.
 “Ayah!” kata Cherry terbelalak.
 “Kenapa kaget seperti itu? Kamu memandang ayah seakan ayah ini hantu!.” jawab ayahnya yang langsung masuk ke rumah tanpa dipersilahkan oleh Cherry, dan diikuti oleh istri mudanya yang melirik tidak suka kepada Cherry.
 Entah mengapa, setelah tinggal bersama istri mudanya, sikap ayah menjadi sangat sinis kepada Cherry maupun Loudy tanpa alasan yang jelas.
Ayah Cherry masuk kedalam rumah dan langsung duduk di ruang tamu tanpa memandang anaknya yang paling kecil yang masih terlelap tidur.
“Bangunkan Loudy!” Perintah ayah kepada Cherry.
 Cherry pun menolak karena Loudy terlihat masih sangat nyenyak.
 “Ini baru pukul 4 pagi ayah, masih terlalu pagi untuk membangunkan Loudy, aku gak tega!.”Tolak Cherry yang kemudian menundukkan kepala.
 “Ayah bilang bangunkan Dia!!!!!!” Bentak ayah sambil menunjuk Loudy. Istri muda nya yang bernama Betsy hanya tersenyum mencibir.
Sontak Loudy terbangun mendengar teriakan ayahnya, Loudy menggosok-gosok matanya sambil bergumam.
“Aku sudah bangun ayah!” Jawabnya sambil membereskan selimut dan bantal yang kemudian Loudy bawa ke kamarnya.
 Cherry hanya terdiam ditempat memandang adiknya. Tak lama kemudian Loudy keluar dari kamarnya masih dengan piyama merahnya dan berjalan menghampiri Cherry dan mengajaknya duduk tanpa banyak bicara.
Oke Cherry…Loudy…, kedatangan ayah kesini, bertujuan untuk..….!”Ayah memotong kalimatnya dan memandang Tante Betsy dengan senyum licik.
 “Untuk menjaga kalian kembali seperti dulu, dan tentunya bersama Mama.”Kata Ayah sambil menoleh kearah Tante Betsy dan menjelaskan tanpa perasaan bersalah.
 Pernyataan ayah membuat Cherry lagi-lagi terbelalak dengan kalimat ayahnya.
“Apa?! Ayah mau tinggal disini bersama Tante Betsy?!” Tanya cherry mengernyitkan dahi.
 Loudy terlihat menutup wajah dengan tangannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
 “Iya, ada yang salah?! Ayah ini orang tua kalian dan berhak tinggal disini.” Jawab Ayah mengangkat kedua tangannya.
“Kecuali, jika kamu mau menandatangani surat alih rumah ini.” Kata ayah melanjutkan kalimatnya sambil menyodorkan selembar surat perjanjian kepada Cherry.
Cherry melotot melihat isi surat perjanjian itu.
 Cherry juga tidak menyangka kalau ayahnya setega itu memaksa Cherry untuk menandatangani surat alih rumah warisan bundanya atas nama ayahnya, dan kontan saja Cherry menolak.
”Ini satu-satunya peninggalan bunda, dan hanya ini tempat tinggal aku dan Loudy!”Jawab Cherry emosi.
 “Ayah tidak butuh alasan apapun dari mu, ayah hanya butuh tanda tanganmu!.”Bentak ayah sambil mengetuk2 meja dengan pena kearah surat tersebut.
Loudy menutup telinganya sambil memejamkan mata. Cherry yang menyadari hal itu kurang pantas terjadi didepan Loudy, memerintahkan Loudy untuk masuk ke kamarnya.
”Masuk ke kamar Loudy, sekarang!” Perintah Cherry tegas.
 Namun Loudy menolak.
“Nggak! Aku gak mau!” Tolak Loudy tidak sambil tetap menundukkan kepala dan menutup kedua telinga dengan tangannya.
“Masuk Loudy!” Bentak Cherry dengan nada agak lebih tinggi.
 Loudy memandang tajam kearah Cherry, dan Cherry pun membalasnya, entah apa yang ada dibenak Loudy saat itu. Loudy pun bangkit dari tempat duduknya dan berlari menuju kamarnya
.”Brak!!” terdengar Loudy membanting pintu kamarnya.
Suasana pun memanas, ayah mulai mendekati Cherry dan memaksa Cherry memegang pena yang ayah sodorkan kepadanya, dan mendorong tubuh Cherry kearah meja sampai pundak Cherry terpentok ujung meja. Cherry pun tersungkur.
Didalam kamar Loudy menutup telinganya dengan bantal.
 “Kalau sampai ayah memisahkan aku dengan Kak Cherry, aku gak akan tinggal diam dan ayah harus tahu kalau aku lebih sayang sama Kak Cherry daripada ayah yang telah  lalai menjalankan tugasnya sebagai orang tua!” gumam Loudy sambil melempar guling kearah pintu dan menjerit.
”Stop!!!!Tolong hentikan semua pertengkaran iniiiiiiii……..!!!!!”Teriak Loudy dari dalam kamar.
Ayah yang mendengar teriakan Loudy langsung bergegas berjalan menuju kamar Loudy, namun Cherry yang sedang tersungkur kesakitan menahan kaki kanan ayahnya.
”Aku mohon ayah, jangan ganggu Loudy, biarkan dia sendiri.” Ujar Cherry memohon.
 Namun ayah tetap menarik kakinya dan mencoba berjalan. Cherry lagi-lagi menahan kaki ayahnya.
“Tolong aku ayah, jangan sakiti Loudy, aku tidak bisa menandatangani surat itu karena Bunda memberikan rumah ini atas nama Loudy dan aku, aku tak ingin Loudy kehilangan haknya, aku mohon jangan sakiti Loudy ayaaaaah!!!!. Pinta Cherry sambil menangis dikaki ayahnya.
Ayah lalu diam, tante Betsy hanya duduk manis sambil melipat kedua tangannya.
“Dengar Cherry, jika kamu tidak mau menandatangani surat ini, lebih baik kamu keluar dari rumah ini sekarang juga dan jangan pernah menginjakkan kaki dirumah ini lagi, kecuali jika kamu berubah fikiran.” Ujar Ayah tak berperasaan.
 “Aku akan keluar dari rumah ini, tapi tolong jaga Loudy dan jangan perlakukan dia dengan kasar seperti apa yang ayah lakukan padaku. Jika terjadi apa-apa dengan Loudy, aku tak segan-segan melaporkan ayah kepada pihak yang berwajib.’ Kata Cherry memandang tajam ayahnya.
Ayah hanya tersenyum dingin dan mengangkat kedua tangannya seakan tidak peduli dengan perkataan Cherry.
“Sikap Ayah lebih kejam dari seorang Hitler!!!!” Kata Cherry yang bangkit dari keterpurukannya dan berlari menuju kamarnya,.
Cherry hanya mengemasi barang-barang yang dia anggap penting. Kemudian Cherry menyimpan Laptop yang biasa Loudy gunakan di kotak yang terdapat dibelakang lemari yang memang hanya diketahui oleh Cherry dan Loudy. Kemudian Cherry menuliskan sebuah surat pendek untuk adik kesayangannya itu.
Tak lama berselang, Cherry keluar dari kamarnya dengan barang-barang yang sudah dia kemasi pagi itu juga. Saat Cherry menuruni tangga, Cherry pura-pura terjatuh tepat di depan pintu kamar Loudy dan langsung menyelipkan sebuah surat lewat sela-sela pintu kamar  Loudy. Kemudian Cherry pun bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu depan, tanpa berkata apapun Cherry meninggalkan rumah itu, meninggalkan ayahnya, dan meninggalkan Loudy dengan beribu kekhawatiran.

Bersambung ..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar