Selasa, 21 Desember 2010

CERBER TEENLIT : CHERRY &LOUDY (BAB VII)

BAB VII
PAPA TAMPAN



Siang itu Loudy keluar dari rumah dengan memanjat jendela kamarnya. Loudy berjalan menyusuri samping rumahnya menuju rumah Tante Maya.
 Dari halaman belakang, tampak tante Maya sedang memasak di dapur dan Ashley sedang asyik mewarnai sebuah kertas dengan crayonnya.
Tanpa memberi salam Loudy langsung memeluk Tante Maya dari belakang dan menangis . Tante maya yang kaget langsung menoleh, saat mendapati Loudy yang memeluknya dengan air mata mengalir dimatanya.
 Tante Maya membungkukkan badannya dan mengiring Loudy berjalan menuju ruang santai dimana Ashley sedang mewarnai.
“Cup sayang.” Ujar tante Maya sambil menghapus air mata Loudy.
 “Aku kangen Kak Cherry.”Ungkap Loudy masih dengan tersedu.
 “Kalau kangen, tadi kenapa Kak Loudy masuk tanpa melirik Kak Cherry sedikitpun, aku aja tadi dipeluk sama Kak Cherry lamaaaaaaa banget!.” Kata Ashley sambil memeluk erat boneka pigletnya.
Tangisan Loudy makin menjadi.
Tante maya terlihat memperingatkan Ashley. Ashley hanya menunduk dan kembali mewarnai kertasnya.
“Ada apa dengan kamu sayang? Tadi kenapa Loudy tidak menyapa Kak Cherry?” Tanya tante Maya.
 “Ada Kak Adryn.”Jawab Loudy pendek.
“aku takut Kak Adryn mengadu sama ayah, nanti aku makin sulit bertemu dengan Kak Cherry.”Jawab Loudy lirih.
 Tante Maya yang mengerti maksud dari tindakan Loudy tadi langsung tersenyum.
“Tenang ya Loudy, tante yakin Kak Cherry pasti datang lagi menemui Loudy.”Kata Tante Maya menenangkan Loudy.
Kemudian Ashley berlari ke kamarnya. Tak lama kemudian Ashley keluar lagi dan membawa tas sekolahnya.
 “Aku punya sesuatu buat Kak Loudy.” Kata Ashley sambil mengeluarkan roti berbentuk spiderman.
 Loudy terbelalak.
”Wuaaaah..keren banget!” Ungkapnya senang sambil mengusap air matanya.
Loudy membolak balik roti itu.
”Aku juga punya, bentuknya kucing!” Kata Ashley sambil menunjukkan roti nya kepada tante Maya.
“Loh, darimana kamu dapatkan roti lucu ini?”. Tanya Tante Maya.
 “Kak Cherry.” Jawabnya Ashley pendek.
Loudy terlihat melongo. Roti ditangannya pun dia pandang tak henti-hentinya.
Tak lama kemudian Darla datang dengan penampilan yang kacau. Ashley yang menyadari kedatangan kakaknya langsung lari kepangkuan mamanya. Loudy menoleh tampak kebingungan.
”Dari mana Darla, kok kusut amat penampilan kamu?” Tanya tante Maya.
Namun Darla tampak tidak ingin diganggu, tanpa menjawab pertanyaan mamanya, Darla langsung naik ke kamarnya.
 Tante Maya tidak heran dengan sikap Darla yang seperti itu. Ashley lalu berbisik ke telinga mamanya.
”Kak Darla jahat lagi sama aku!.” Bisiknya dengan suara yang masih dapat terdengar oleh Loudy.
Mamanya mengangguk dan menghampiri Darla ke kamarnya.
Loudy pun pamit sambil menyembunyikan roti spidermannya dibalik kaos hijau yang dia gunakan dan kembali ke rumah melewati jalan yang sama saat dia keluar tadi.
 Loudy membolak-balik roti itu.
 Dulu Cherry sering sekali memberi Loudy hadiah dengan gambar spiderman yang terdapat di barang yang Cherry berikan kepada Loudy. Ada sweater, mug, tas, buku, bahkan laptop yang biasa Loudy gunakan pun Cherry tempeli dengan stiker Spiderman yang hampir menutupi seluruh permukaan cover Laptop Loudy.
 Loudy menarik nafas, dia duduk disamping jendela sambil memandang langit .
”Bulan depan aku ulang tahun, semoga Kak cherry datang.”Harap Loudy sambil duduk memeluk lututnya disamping jendela.
“Kedatangan kak cherry adalah kado terindah untukku.” Ungkapnya sambil memeluk bantal spidermannya dan memandang langit yang mulai senja dari jendela kamarnya.

Semenjak cherry melihat sikap Loudy siang itu, Cherry benar-benar menyibukkan diri di toko. Ia tak ingin terlalu memikirkannya. Setiap sore sepulang bekerja, Cherry selalu mengunjungi taman mawar yang letaknya tidak jauh dari rumah Aurel.
Cherry  duduk sambil memeluk lutut sambil termenung dikursi taman. Taman itu begitu asri, pohon-pohon berdiri tegak di sekeliling, tanahna ditumbuhi rumput hijau, dihadapan Cherry terdapat sebuah kolam dengan dua air mancur dikanan kirinya, bunga teratai tumbuh disekitar kolam itu. Suasana tenang yang Cherry suka ditempat itu. Penduduk sekitar taman itu biasa mengunjungi taman itu menjelang sore hari.
Saat cherry mulai tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba Cherry merasakan ada yang memukul-mukul kakinya. Saat Cherry menoleh, ernyata seorang anak usianya sekitar dua tahun sedang memukul-mukul kaki Cherry dengan tangan kecilnya. Anak itu terlihat asyik dengan kegiatannya itu. Cherry langsung menurunkan kakinya dan mendekatkan wajahnya kearah anak itu.
“Hai cantik, sedang apa kamu?” Tanya Cherry sambil mengelus pipi anak kecil itu.
Anak kecil itu pun tertawa.
Tiba-tiba datang seorang pria memanggil anak itu.
“Mandy!” Panggil Pria tampan itu.
Pria yang Cherry perkirakan usianya tidak terlalu jauh diatas Cherry itu menghampiri anak yang  ternyata bernama Mandy.
Pria itu kemudian menggendong Mandy dan hanya tersenyum pada Cherry dan berkata.
“Maaf mengganggu.” Ujarnya sambil tersenyum manis.
Tanpa sadar Cherry melongo memandang senyuman manis Pria itu.
“Oh iya, gak apa-apa!” Jawab Cherry salah tingkah.
Pria itu pun berbalik dan pergi meninggalkan Cherry yang masih setengah termenung.
“Papa yang tampan”. Gumam Cherry sambil tersenyum sendiri.

Minggu berikutnya Cherry disibukkan dengan  pekerjaan toko yang sedang mendapatkan banyak pesanan dan promosi produk baru mereka. Aldy menghampiri Cherry yang sedang mengemas roti selai srikaya berbentuk kelinci.
“Cherr, ayo kemari!”. Ajak Aldy.
Cherry hanya memandang bingung.
“Ada apa memangnya?”. Tanya Cherry sambil mengangkat alisnya.
“Kak Axel memanggil kamu dan aku sekarang ke ruangannya!” Ujar Aldy sambil menarik tangan Cherry dan mereka pun berjalan menuju ruangan Axel.
Pada saat mereka masuk, Axel terlihat sedang sibuk memilih bentuk roti yang akan mereka jadikan sebagai tester untuk dipromosikan di sekolah-sekolah.
Cherry duduk didepan meja Axel dan Aldy membantu Axel memilih roti yang bentuknya sangat beragam.
“Kira-kira besok yang bersedia membagikan tester roti ini di SD Matahari siapa ya?” Tanya Axel mengernyitkan dahinya.
“Apa?! SD. Matahari??”Tanya Cherry kaget.
SD. Matahari adalah nama sekolah Loudy. Cherry pun menjawab tanpa berfikir panjang lagi.
“Aku mau Kak!” Ujarnya cepat.
Axel memandangnya heran. Kemudian memberikan sekitar lima belas bentuk roti kepada Aldy dan meminta untuk diberikan kepada Marsya agar dapat diperbanyak jumlahnya.
Axel tampak menimbang-nimbang jawaban Cherry. Karena Cherry  terlihat memasang wajah memohon.
“Oke, Cherry dan Aldy!” Ungkap Axel cepat.
“Saya kak?!”Tanya Aldy setengah bingung.
“Bukannya tadi kakak menyuruh saya membagikan tester di SD. Pelangi?!” Tanya Aldy kebingungan.
“Di SD. Pelangi biar Sisca dan Aurel yang bertugas!”. Jawab Axel sambil merapatkan kedua telapak tangannya.
Cherry tampak sumringah mendengar keputusan Axel. Aldy hanya mengangkat kedua tangnanya tanda pasrah dengan keputusan Axel.

Keesokan harinya Cherry dan Aldy menuju SD. Matahari untuk melakukan tugas mereka. Pagi-pagi mereka sudah datang ke sekolah itu dan meminta izin kepada kepala sekolah untuk membagikan tester roti yang mereka bawa. Pihak sekolah pun memberikan tanggapan yang positif dan mengizinkan mereka membagikan tester itu pada saat murid SD. Matahari istirahat pukul 9.30.
Cherry dan Aldy tampak duduk dibawah pohon rindang yang terdapat disamping lapangan, mereka menunggu waktu istirahat tiba.
Dari kejauhan tampak seorang wanita berjalan menuju kearah mereka, namun sepertinya orang itu akan memasuki kelas karena jalannya memang searah dengan tempat dimana cherry dan Aldy duduk. Tiba-tiba wanita menghentikan langkahnya. Memandang kearah Cherry dan kemudian tersenyum.
“Cherry!” Panggil wanita itu sambil menghampiri Cherry.
“Ibu Melinda!” Jawab Cherry kaget.
“Apa kabar Cherry? Sudah lama sekali tidak bertemu kamu!.” Kata Ibu Melinda yang tidak lain adalah Wali Kelas Loudy.
“Kabar baik bu, Saya sedang bertugas sebentar disini!.” Jawab Cherry sambil tersenyum.
Ibu Melinda memandang kotak roti yang tersusun rapih di samping ALdy.
“Wah, anak-anak pasti senang!” Ungkap Ibu Melinda.
Cherry menundukkan kepala, lalu memandang kelas dimana Loudy berada. Akhirnya Cherry memberanikan diri untuk bertanya kepada Ibu Melinda.
“Hari ini Loudy masuk sekolah bu?”. Tanya Cherry hati-hati.
Ibu Melinda tampak memandang kearah kelas dan kemudian tersenyum. Tanpa menjawab pertanyaan Cherry, Ibu Melinda menarik tangan Cherry dan mengiringinya berjalan menuju pintu kelas. Ibu Melinda menunjuk sesosok anak laki-laki tampan yang duduk di bangku barisan ketiga dan sedang melamun memangku dagunya sambil mencoret-coret kertas yang  ada dihadapannya.
Cherry tampak kaget melihat adiknya melamun sendirian sedangkan teman-teman lainnya tampak asyik mengobrol karena tugas mereka telah selesai.
Kemudian Cherry menepuk tangannya sendiri dua kali, tanpa disangka Loudy langsung menoleh kearah Cherry berada.
Loudy terbelalak, saat akan bangun dari tempat duduknya, Cherry melarangnya dengan mengulurkan tangannya menandakan jangan menghampirinya. Ludy pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri Cherry.
Loudy memandang Cherry tanpa henti, saat Cherry sedikit bergeser Loudy sempat bangun dari kursinya dan bersikap seakan tidak ingin kakaknya pergi. Tak lama kemudian Ibu Melinda masuk ke kelas dan mengumpulkan tugas murid-muridnya.
Cherry menghampiri Aldy sambil tersenyum lebar. Aldy yang heran dengan sikap Cherry yang ceria langsung bertanya.
“Kenapa kamu Cherr, seneng amat kelihatannya?!” Tanya Aldy heran.
Cherry hanya menjawab pertanyaan Aldy dengan tersenyum. Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi, anak-anak yang sudah mendapatkan pengarahan dari guru mereka masing-masing bahwa ada pembagian Tester di lapangan pun berhamburan keluar kelas dan menyerbu Cherry dan Aldy.
Aldy pun meminta anak-anak itu mengantri, dan pembagian tester pun berjalan dengan tertib. Loudy terdiam didepan pintu kelasnya dan terlihat tidak ikut mengantri. Saat antrian selesai, Loudy langsung berlari menghampiri Cherry dan memeluknya erat kakaknya. Cherry pun membalas pelukan adiknya.
“Kakak, aku kangen sama kakak!” Ungkap Loudy yang mulai menangis dipelukan Cherry.
Cherry tak mampu berkata-kata. Cherry hanya mengelus punggung adiknya.
“Kakak juga kangen sama ade!” Jawabnya lirih.
Aldy yang melihat pemandangan itu makin heran, karena Aldy tak pernah tahu kalau Cherry memiliki seorang adik. Hanya Aurel dan Axel yang mengetahui hal itu.
Cherry pun melepaskan pelukan Loudy dan mengajak Loudy duduk.
“Kakak bawain ade roti Batman!” Kata Cherry sambil memberikan roti berbentuk kepala Batman kepada Loudy.
“Asik tambah lagi!” Jawabnya senang.
“Tambah lagi? Maksud ade?” Tanya Cherry heran.
“Iya, waktu itu kakak pernah menitipkan roti berbentuk kepala Spiderman juga kan ke Ashley?” kata Loudy mengingatkan.
Cherry mengangguk cepat.
“Nah, roti spiderman itu aku bingkai!!!” Jawab Loudy tertawa.
“Apa?! Dibingkai?! Memangnya gak ade makan rotinya?” Tanya Cherry terbelalak.
“Nggak!” Jawab Loudy tersenyum lebar.
“Itukan roti de, pasti berjamur!” Kata Cherry sambil memukul keningnya sendiri.
“Gak apa-apa, dengan aku bingkai seperti itu, aku merasa kakak selalu ada disamping aku.” Jawabnya Loudy dengan wajah tertunduk.
Cherry mengangkat dagu Loudy.
“Sayang, ade selalu ada disini, dihati kakak, dan kakak jg akan selalu ada dihati ade.” Ungkap  Cherry sambil menunjuk kearah dada Loudy.
Loudy pun tersenyum.
“Yang ini boleh dibingkai juga kan kak?” Tanya Loudy sambil menunjukkan roti kepala Batmannya.
Cherry pun tertawa sambil mengangguk.

Hari itu terasa begitu cepat bagi Cherry, hari yang sangat menyenangkan dapat bertemu dengan adik tersayangnya walaupun dalam waktu singkat. Namun dari beberapa perbincangan mereka, Cherry dapat memastikan bahwa Loudy tidak sebahagia dan senyaman seperti apa yang dia lihat saat di rumah Tante Maya hari-hari sebelumnya.
Loudy berjanji pada Kakaknya untuk mengabari Cherry secepatnya jika mereka punya waktu luang untuk bertemu. Loudy mengatakan, semua akses komunikasi di blokir ayah mereka agar Loudy tidak dapat berkomunikasi dengan siapapun, kecuali dengan Adryn dan ayah, Loudy pun hanya bebas dari pantauan Ayah saat di sekolah, setelah jam belajar selesai, Loudy kembali terpenjara dalam kesendirian. Adryn memang baik, namun sayang Tante Betsy terlalu mengekang Adryn untuk terus mengawasi Loudy, padahal dibeberapa kesempatan, Adryn sempat mengajak Loudy untuk pergi jalan-jalan tanpa sepengetahuan Tante Betsy dan ayah. Loudy pun menjelaskan, kebencian Adryn pada Cherry disebabkan pernyataan-pernyataan Tante Betsy mengenai kepribadian Cherry yang pembangkang. Padahal Cherry seperti itu pun karena berbagai alas an.
Cherry yang mengetahui fitnah tentang dirinya hanya dapat mengelus dada, Loudy pun bilang. Bahwa dia belum bisa menjelaskan perihal apapun mengenai Cherry, karena takut Adryn pun akan berubah sikapnya menjadi otoriter seperti ayah mereka.
Siang itu, setelah selesai mengerjakan tugasnya, Cherry pun kembali ke Toko dan menyerahkan laporan kepada Axel. Saking senangnya, Cherry tidak banyak berbicara pada Axel. Axel hanya terheran-heran melihat tingkah Cherry yang sumringah namun tak banyak bicara.
Sepulang dari Toko, Cherry mengarahkan  motornya menuju ke Taman. Cherry memarkir motornya di tempat parkir yang telah tersedia disana. Tampak sebuah mobil Mercy silver terparkir dengan gagah. Cherry sempat mengelus dada.
“Kapan ya aku punya mobil sekeren itu?” Ujarnya sambil menertawakan diri sendiri yang merasa tidak mungkin bisa memiliki mobil sekeren itu..
Cherry duduk di bangku taman kosong dibawah pohon rindang, membuka novelnya dan mulai asyik membaca. Semilir angin di taman membuat suasana tambah sejuk, suasana indahnya taman pun terasa sempurna dengan bahagianya perasaan Cherry pada saat itu.
Cherry terlihat duduk bersila di atas bangku taman yang berwarna putih  sambil sibuk membolak – balik halaman novel yang sedang ia baca. Satu kaleng coke pun menemani Cherry yang dia simpan di samping kanan tempat dia duduk, entah sudah berapa lama ia tidak merasa setenang ini.
Tiba-tiba, Cherry merasa ada yang menarik-narik ujung roknya. Cherry kaget, tampak seorang anak kecil yang memandang heran kearah Cherry sambil terus menarik-narik roknya. Cherry yang memandang balik anak itu dan langsung bertanya.
“Ada apa adik kecil?” Ujar Cherry sambil sedikit membungkukan badan agar setara dengan tinggi badan anak itu.
Anak kecil itu hanya memandang kearah kolam yang terletak tepat di depan tempat Cherry duduk. Lalu anak itu menunjuk sebuah bola plastik yang mengapung di kolam. Lagi-lagi anak itu menarik-narik ujung rok Cherry dengan raut wajah seakan dia akan menangis. Cherry yang menyadari hal itu langsung menuntunnya ke arah kolam.
“Tunggu disini ya cantik.” Perintah Cherry sambil mengambil sebuah ranting pohon yang lumayan panjang.
Tak lama Cherry kembali, anak itu menunggu Cherry sambil duduk memeluk lutut di tepi kolam. Cherry mengarahkan ranting pohon panjang itu untuk meraih bola plastik yang tercebur ke kolam.
Tak berapa lama kemudian. Bola itu pun tertarik ke tepi kolam dan Cherry meraihnya dengan sigap. Dengan spontan anak itu bertepuk tangan kegirangan. Cherry yang melihat anak itu pun tertawa. Kemudian Cherry  memberikan bola berwarna hijau muda ke tangan anak itu. Anak kecil manis itu pun tersenyum dan langsung memeluk Cherry dan Cherry puh membalasnya . Terdengar anak itu membisikkan sesuatu ke telinga Cherry  .
“ Thank you”. bisiknya sambil tersenyum lalu berlari kearah tempat parkir.
Cherry sempat khawatir, karena tidak melihat orang tua anak itu di sekeliling taman.
Bersambung ................







 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar