Selasa, 21 Desember 2010

CERBER TEENLIT : CHERRY & LOUDY (BAB II)



 BAB II
SI TAMPAN YANG PINTAR & BIJAK






Sepulang kuliah, Cherry langsung pergi ke toko, hari ini dia masuk shift siang, bekerja  dari pukul 1 siang sampai pukul 8 malam. Seorang pemuda berpenampilan lumayan rapih menghampiri Cherry.
 “Cherr, hari ini bisa lembur ga? Yaa … 2 jam lah , jadi kamu pulang sekitar Pukul 22.00.”Ujar Pemuda yang bernama Axel itu bertanya.
 “Hari ini kak? Kalau Sisca aja gimana kak? Soalnya saya mau jemput Loudy jam 20.00 malam di sekolahnya, kasian Kak kalau dia nunggu sampai jam 22.00, saya juga khawatir. Atau….lemburnya saya ganti besok aja boleh gak Kak?” Jawab Cherry menjelaskan.
 “Hmm…sebenernya sih untuk lembur cuma kamu , Aurel, Marsya, sama Aldy yang bisa diandalkan, tapi kalau kamu mau jemput Loudy ya biar Sisca aja yang gantiin kamu lembur.” Jawab Axel bijak.

Axel adalah pemilik Toko roti tempat Cherry bekerja, usianya masih sangat muda untuk ukuran seorang pengusaha, namun Toko Rotinya sudah membuka gerai di 14 kota besar. Axel juga seorang atasan yang bijak, mungkin karena dulu Axel memulai usahanya dari nol sampai maju pesat seperti saat ini. Wajahnya tampan bibirnya tipis, banyak karyawatinya yang menyukai dia, tapi Cherry bukan salah satu karyawati yang menyukai Axel, karena Cherry pikir, Axel bukan tipenya pria idamannya.
Malam itu tepat pukul 20.00 Cherry bergegas pulang dan menjemput Loudy, namun saat keluar dari toko, tiba-tiba hujan turun begitu derasnya.
”Ya Tuhan…aku lupa gak bawa jas hujaaan…bagaimana ini?” Ujar Cherry sambil merapatkan jacketnya.
 Kekhawatiran pun memuncak saat petir membelah langit yg gelap malam itu, karena setahu Cherry, Loudy sangat takut pada suara petir. Cherry masuk kembali ke dalam toko, dia berniat meminjam jas hujan kepada salah satu temannya, namun temannya pun sama, tidak membawa jas hujan, karena tadi siang cuaca sangat cerah, sehingga mereka tidak menyangka akan turun hujan.
Dengan bergegas Cherry berjalan menuju tempat dia memarkirkan motornya, dari dalam toko Axel terlihat memanggil-manggil Cherry, namun yang ada di fikiran Cherry saat itu adalah Loudy. Tanpa memperdulikan hujan yang mulai membasahi tubuhnya, Cherry pun menggas motornya dan pergi meninggalkan toko menuju sekolah Loudy.
Malam itu terasa sangat dingin, angin menderu kencang, pohon-pohon bagaikan menari diterpa angin, sesekali petir menggelegar, namun Cherry tetap tak berhenti memgemudikan sepeda motornya. Sampai akhirnya tiba juga Cherry di sekolah Loudy.
Suasana sekolah sudah tampak sepi, anak-anak lain mungkin sudah berada di rumah mereka masing-masing. Timbul pertanyan dalam hati Cherry.
 “Dimana Loudy?” Tanya Cherry dalam hati.
Akhirnya Cherry berjalan dengan tubuhnya yang basah kuyup, tampak Loudy sedang duduk di teras gerbang sekolah sambil memeluk lututnya. Cherry bergegas menghampiri Loudy.
“Adee….!” Teriak Cherry.
 Loudy langsung mengangkat wajahnya. Dia terdiam memandang kakaknya yang basah kuyup, tanpa berkata apa-apa Loudy mengeluarkan jas hujan berwarna hijau dari dalam tasnya dan menyodorkannya kearah Cherry.
 “Kakak kebiasaan, selalu lupa bawa jas hujan.” Ujarnya sambil mendekati kakaknya.
Kemudian Loudy mengeluarkan sebuah sweater bergambar spiderman, sweater kesayangan Loudy.
 “Ini kakak pake sweter aku aja, aku udah pake kok sweater yang tebal.” Ujar Loudy kembali tersenyum pada kakaknya.
 Cherry lagi-lagi hanya terdiam. Sering sekali Loudy tampak lebih memperhatikan Cherry. Akhirnya semua yang Loudy berikan Cherry pakai, dan Loudy pun memakai jas hujannya sendiri.
Sesampainya di rumah.
 “Kakak, aku bobo sama kakak ya malam ini, aku takut kak, petirnya seram!”Pinta Loudy.
 Tanpa menjawab apapun, Cherry langsung menggendong adiknya yang sudah tidak kecil  lagi dan merebahkan tubuh adiknya itu di tempat tidur, Cherry memakaikan Loudy sweater rajut bertuliskan Loudy Boy Stonger berwarna biru yang lebih tebal dari yang dia pakai sebeumnya, kemudian kaos kaki Cherry pasangkan di kedua telapak kaki Loudy. Cherry pun merebahkan dirinya di sebelah adik kesayangannya itu.
 “Ade, baca doa dulu yuk!” Ajak Cherry.
 Loudy pun memejamkan matanya sambil membaca doa tidur, setelah membaca doa tidur Loudy pun berbisik.
 “Ya tuhan, bangunkan lah aku tepat waktu dengan izinMu dan dengan Kakak ku tetap berada disisiku saat aku bangun nanti, Jagalah kami dalam tidur kami. Amin.” Kata Loudy mengusap wajahnya dan kemudian mengecup pipi Cherry.
 “Aku sayang kakak, met bobo kakak.” Ujarnya sambil tersenyum dan memejamkan mata.
Begitu cepat Loudy terelap, mungkin karena lelah dengan kegiatan yang telah ia jalani hari itu. Cherry pun memejamkan mata sambil memeluk adiknya.

Keesokan harinya, seperti biasa Cherry mengantarkan Loudy ke sekolah. Selepas mengantarkan Loudy, Cherry pun pergi ke kampus.
Hari itu Loudy tampak lebih lesu dari hari-hari sebelumnya, mungkin karena terlalu lelah dengan kegiatan-kegiatannya yang padat. Dengan gontai Loudy memasuki ruangan kelas dimana dia biasa belajar.
Saat menuju bangku tempat Loudy biasa duduk, Karina teman sekelasnya mencuri-curi pandang kearahnya, begitu pula teman-teman perempuan Loudy yang berada di dalam kelas. Menyadari bahwa Loudy sedang diperhatikan, Loudy pun menoleh kapada teman-temannya namun tidak bertanya apa-apa.  Teman-temannya yang sekumpulan anak perempuan itu hanya tertawa cekikian, dan Karina tampak tersenyum malu-malu saat Loudy memandang balik kearahnya.
Loudy tidak tersenyum sedikitpun.
 “Ada apa? Ada yang salah sama aku hari ini?” Tanya Loudy heran.
 Lita menjawab pertanyaan Loudy,
 “Nggak ko, gak ada yang salah, kamu tetap ganteng kaya biasa.” Ujarnya genit diiringi gelak tawa dari teman-temannya.
“Lalu, kenapa kalian mandangin aku seakan-akan aku pakai koteka masuk ke kelas?” Tanya Loudy lagi mulai sewot.
 Yang lain pun tertawa.
 “Hmm…kamu duduk dulu aja Loudy, gak usah banyak tanya.” Ujar Karina tersipu.
Loudy yang kebingungan hanya mengerutkan alis tebal nya dan berjalan menuju tempat duduknya. Loudy pun menyimpan tas nya, saat Loudy duduk, tampak sebuah bungkusan cantik berpita merah tersimpan tepat diatas meja Loudy. Loudy pun bertanya.
“Ini kado siapa? Kok da di meja aku?” Tanya Loudy tambah bingung.
Karina mendekati Loudy dan duduk dibangku disamping Loudy.
 “Papi ku Minggu lalu dari Manchester, aku ingat kalau kamu suka sama Tim Manchester United, jadi aku titip sama Papi buat beliin kamu ini.” Ujar Karina menggeserkan kadonya ke tangan Loudy.
 Loudy pun kaget, dengan masih setengah bingung, Loudy membuka kado yang diberikan oleh Karina, ternyata kotak cantik itu berisi sebuah jam tangan keren berwarna merah dan kuning berlogokan Manchester United. Loudy tersenyum melihat jam tangan keren itu ditangannya.
Namun senyuman itu hanya sekejap, Loudy memasukkan kembali jam tangan itu ke kotaknya dan mengembalikannya pada Karina.
”Maaf Karina, aku tidak biasa menerima barang apapun dari siapapun tanpa alasan atau tujuan yang jelas.” Kata Loudy tegas.
 “Tapi ini buat kamu Loudy, aku gak punya tujuan jelek kok….aku cuma…cuma…!”Kalimat Karina terputus.
“Cuma apa?” Tanya Loudy menyelidik.
 “Aku kasih ini sama kamu ….karena…karena…aku suka sama kamu Loudy!” Jawab Karina menunduk.
Loudy hampir saja loncat dari tempat duduknya.
“Apa?! Suka sama aku?!” Tanya Loudy kaget.
Karina hanya mengangguk.
“Kita baru kelas 6 SD Karina, lagian aku juga gak kepikiran buat pacaran dulu.” Jawab Loudy salah tingkah sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Tapi aku suka kamu Loudy, aku mau kamu jadi pacar aku, kalau kamu juga suka sama aku, aku mau kamu ambil dan terima jam tangan ini Loudy…!”Kata Karina setengah memaksa.
Lalu Loudy mendekati Karina. Teman-temannya pun keluar dari kelas tanpa Loudy atau Karina minta.
“Karina, kamu memang baik, tapi aku suka kamu hanya sebatas teman, aku gak seperti anak-anak lain yang bebas bisa bermain kapanpun, aku juga gak sekeren Nino, aku gak seganteng Mario dan kamu tahu hal itu.” Ungkap Loudy yang kata-katanya mulai seperti orang dewasa.
“Yang aku tahu kamu baik sama aku, kamu juga pintar, kamu keren dimata aku, Mario dan Nino gak ada apa-apanya dibanding kamu, aku cuma mau jadi pacar kamu!”Jawabnya sedikit membentak.
“Karina tolong jangan meninggikan suara, aku tahu kamu suka sama aku, tapi untuk saat ini aku belum bisa pacaran, aku masih menjadi tanggung jawab kakak aku, aku gak mau menyusahkan kakak aku, yang aku sayang saat ini hanya kakak aku, mungkin kalau aku sudah dewasa nanti, bisa saja aku berubah pikiran karena nanti pun aku pasti ingin punya pacar, tapi untuk saat ini, tugasku hanya untuk belajar dan membuat bangga kakak aku, agar kakak aku tidak merasa sia-sia telah membiayai dan mengurus aku selama ini. “ Jawab Loudy panjang lebar.
 “Mungkin kalau sudah dewasa nanti, aku bisa jadi pacar kamu, tapi untuk saat ini, maaf Karina…aku hanya menganggap kamu teman.” Loudy kembali menjelaskan.
Karina tampak mengeluarkan air mata, dia pun berlari keluar kelas menuju toilet tanpa sepatah kata pun. Loudy hanya terdiam, dia bingung atas keputusan yang dia ambil.
“Kalau keputusan aku benar kok Karina malah nangis ya? Apa ada kalimat aku yang salah?” Tanya Loudy menggerutu sendiri.
 Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi.
Hari itu Loudy tidak banyak bicara, Karina yang kembali dari toilet dengan mata sembab pun tak berani melirik sedikitpun kearah Loudy.

Hari ini Cherry yang dijadwalkan lembur ternyata mendapat kabar dari Axel.
“Cherr, hari ini kamu off aja, orderan dari Queen Catering diganti jadi hari Sabtu.” kata Axel menjelaskan.
”Wuaaah…..makasih ya Kak, kalau begitu aku bisa ajak Loudy jalan-jalan.” Jawab Cherry semangat.
Cherry pun keluar dari toko dan bergegas menjemput Loudy.
Bersambung ...............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar